Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Berikan Respiratornya ke Pasien Muda Covid-19, Pastor Ini Meninggal karena Penyakit yang Sama

Kompas.com - 24/03/2020, 21:45 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

BERGAMO, KOMPAS.com - Seorang pastor di Italia meninggal karena Covid-19, setelah dia memilih memberikan respirator kepada pasien yang usianya lebih muda.

Bapa Giuseppe Berardelli wafat di rumah sakit Lovere, Bergamo, salah satu wilayah yang paling parah terdampak wabah virus corona.

Dilansir BBC Selasa (24/3/2020), setidaknya adalah 50 pastor yang meninggal karena Covid-19 d seantero Italia, dengan wilayah terparah di Lombardy.

Baca juga: Puluhan Pastor di Italia Meninggal karena Virus Corona

Total, ada 6.077 korban meninggal. Memaksa Roma menerapkan lockdown guna mencegah menyebarnya virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu.

Adapun hingga Selasa ini, virus corona itu sudah menyebar ke lebih dari 160 negara, menjangkiti hampir 400.000 orang dan menewaskan 17.150 jiwa.

Siapa itu Pastor Berardelli?

Bapa Giuseppe Berardelli adalah gembala gereja utama di kota Casnigo. Dia dilaporkan meninggal pekan lalu saat mendapat perawatan di Lovere.

Berdasarkan keterangan rumah sakit, gembala berusia 72 tahun itu menolak menggunakan respirator yang memang dibelikan oleh salah satu umat.

Dia memilih untuk memberikannya kepada pasien virus corona berusia muda, di mana Berardelli disebut tidak mengenalnya sama sekali.

Kabar kematiannya disampaikan oleh James Martin, imam di Serikat Jesuit sekaligus penulis buku Jesus: A Pilgrimage, di Twitter.

Martin mengumumkan kematian Berardelli dengan mengutip ayat Alkitab berbunyi "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya".

Warga di Casnigo dilaporkan memberikan tepuk tangan dari jendela serta balkon apartemen begitu peti jenazah itu lewat untuk dimakamkan.

Pada Selasa, Paus Fransiskus memimpin doa bagi imam dan dokter yang gugur. "Terima kasih Tuhan atas mereka yang menunjukkan kepahlawanan dalam merawat orang sakit," kata Paus.

Baca juga: Untuk 2 Hari Beruntun, Angka Kematian Covid-19 di Italia Turun

Bagaimana situasi di Italia?

Sejak awal Maret, pemerintah pusat sudah melakikan lockdown dengan menutup bisnis, melarang perkumpulan, dan meminta warga diam di rumah.

Perdana Menteri Giuseppe Conte pada pekan lalu mengatakan, dia memperpanjang masa karantina itu demi menyelamatkan "sistem kesehatan yang kolaps".

Selama dua hari beruntun sejak Minggu (22/3/2020), Italia mengalami tren penurunan laporan kematian harian akibat Covid-19.

Meski begitu, Kepala Garda Perlindungan Sipil Angelo Borrelli kepada La Repubblica memperingatkan, angka penularan masih bisa meningkat.

"Dalam beberapa jam ke depan, kami akan melihat apakah memang terjadi tren penurunan," tegas Borrelli.

Baca juga: Inggris Terapkan Lockdown ala Italia, Ini Aturan dan Hukumannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com