Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Twitter Dinilai Bergerak Lambat Atasi Berita Palsu Setelah Dibeli Elon Musk

Dilansir dari Reuters, penyebaran hoax terjadi saat orang Amerika memberikan suara dalam pemilihan paruh waktu, empat hari setelah Twitter Inc memecat setengah stafnya dan pemilik baru Elon Musk mencuit rekomendasi untuk memilih kandidat Partai Republik.

Kelompok pengawas non-partisan Common Cause, yang memantau media sosial, mengatakan bahwa Twitter tidak mengambil tindakan pada posting profil tinggi yang ditandai organisasi sebagai akun bermasalah.

Pemilihan kongres AS merupakan ujian baru bagi perusahaan media sosial itu, yang selama bertahun-tahun telah berjuang untuk menyeimbangkan kebebasan berekspresi dan melawan komentar yang berpotensi berbahaya.

Meskipun kebijakan perusahaan memungkinkan mereka untuk membatasi informasi yang salah, penegakannya tidak jelas, dan pergolakan baru-baru ini di Twitter telah menempatkannya di bawah pengawasan khusus.

Common Cause mengatakan posting Twitter dari kandidat Partai Republik Marjorie Taylor Greene dan Kari Lake seharusnya menyertakan label peringatan di bawah kebijakan integritas sipil perusahaan, yang mengatur tweet menyesatkan tentang pemilu.

Tapi postingan oleh Greene dan Lake menarik puluhan ribu suka dan retweet di Twitter.

Common Cause juga mencatat respons lambat Twitter sejak pekan lalu, ketika PHK mengeluarkan banyak tim perusahaan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan informasi yang kredibel.

"Twitter putus asa dan tidak menanggapi selain menjawab bahwa mereka sedang mencari sesuatu dan kemudian menjadi gelap selama berhari-hari," kata kelompok itu, mencatat bahwa waktu respons perusahaan biasanya sekitar satu hingga tiga jam.

Twitter, yang kehilangan banyak anggota tim komunikasinya dalam PHK, tidak menanggapi permintaan komentar.

Sebelum Selasa, baik Musk dan kepala keamanan dan integritas Twitter Yoel Roth mentweet bahwa perusahaan akan menegakkan dan menegakkan kebijakan integritasnya melalui pemilu paruh waktu.

Lebih dari 120 organisasi advokasi termasuk Common Cause pada Mei mendesak tanpa hasil perusahaan media sosial itu untuk memperkenalkan "pemutus arus".

Hal ini dinilai harus dilakukan demi mengurangi penyebaran cepat informasi pemilu yang menyesatkan oleh akun populer.

https://www.kompas.com/global/read/2022/11/09/160000070/twitter-dinilai-bergerak-lambat-atasi-berita-palsu-setelah-dibeli-elon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke