Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Liga Arab Terpecah antara Perjuangkan Palestina dan Normalisasi dengan Israel…

ALGIER, KOMPAS.com - Para pemimpin Liga Arab menutup pertemuan puncak pertamanya dalam dua tahun dengan menegaskan perjuangan atas Palestina, namun menghindari pembahasan soal perbedaan pendapat terkait normalisasi hubungan dengan Israel.

Deklarasi terakhir yang mengakhiri dua hari pertemuan puncak Liga Arab di Aljazair minggu ini menyoroti dukungan berkelanjutan blok itu untuk Palestina, perlindungan situs di Yerusalem terhadap pelanggaran Israel dan kecaman atas penggunaan kekerasan oleh Israel dan blokade Gaza.

Namun, 22 negara anggota Liga Arab gagal mengambil sikap terbuka terhadap kekuatan pendudukan Palestina.

Zeina Khodr dari Al Jazeera, melaporkan dari Algier, mengatakan bahwa Liga Arab dengan sengaja mengeluarkan komunike yang “dibuat dengan hati-hati”.

“Ini adalah organisasi regional yang sangat terpecah dan terpolarisasi, jadi mereka sangat berhati-hati dengan kata-kata yang mereka gunakan,” kata Khodr.

“Kami mendengar para pemimpin menyatakan dukungan untuk Palestina dan hak mereka untuk bernegara, tetapi tidak ada kecaman terhadap Israel.”

Dalam sambutan pembukaannya pada Selasa (1/11/2022), Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune telah berjanji melakukan upaya yang cukup besar untuk menegaskan kembali dukungan bagi Palestina, ketika perhatian masyarakat Arab dan internasional beralih ke konflik dan krisis lainnya.

“Penyebab utama dan pertama kami, induk dari semua persoalan, masalah Palestina, akan menjadi pusat perhatian dan prioritas utama kami,” kata Tebboune sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Rabu (2/11/2022).

Dilema masalah internal

Liga Arab didirikan pada 1945 untuk mempromosikan persatuan, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, aliansi ini telah dirusak oleh meningkatnya perpecahan.

Selama beberapa dekade, kelompok tersebut telah berkomitmen untuk mendirikan Palestina sebagai negara merdeka, tetapi tanggapannya terpecah oleh masalah-masalah termasuk pengaruh Iran, perang saudara di Suriah dan keputusan oleh beberapa negara anggota untuk menormalkan hubungan dengan Israel.

Sejak KTT Liga Arab terakhir pada 2019, Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan telah sepakat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

Negara-negara Teluk lainnya yang memelihara hubungan dengan Israel, seperti Oman dan Qatar, telah menolak untuk ikut meresmikan hubungan mereka.

Deklarasi terakhir tidak membuat proposal baru untuk memajukan kenegaraan atau hak-hak Palestina, karena mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya akan kembali berkuasa di salah satu koalisi yang sangat didominasi oleh politik sayap kanan sepanjang sejarah Israel.

Tidak ada yang menyinggung perihal pemilu di Israel selama banyak pidato di KTT yang berbicara tentang hak-hak Palestina tersebut.

Pembahasan soal perbedaan pandangan di antara negara-negara Arab atas perdamaian dengan Israel dan bagaimana memajukan perjuangan Palestina juga disiarkan secara terbuka selama pertemuan tersebut.

Mengenai masalah campur tangan aktor non-Arab di kawasan, komunike terakhir juga menghindari penyebutan langsung Iran dan Turki.

Diskusi KTT juga berfokus pada krisis pangan dan energi yang diperparah oleh perang Rusia di Ukraina, yang memiliki konsekuensi menghancurkan bagi negara-negara Arab. Apalagi Yaman, yang mengimpor 40 persen gandumnya dari negara Eropa Timur sebelum invasi Rusia.

Terlepas dari konsekuensi mengerikan dari perang di Ukraina, para pemimpin Arab “memutuskan untuk tetap netral”, kata Khodr.

“Ini adalah kemenangan diplomatik bagi Rusia karena Moskwa telah terisolasi secara internasional,” tambah reporter itu.

Pada Minggu (30/10/2022), Rusia mengumumkan untuk sementara menarik diri dari perjanjian yang didukung PBB untuk mengizinkan ekspor gandum dari Ukraina, menuduh Kyiv menyalahgunakan koridor pengiriman yang aman untuk meluncurkan serangan pesawat tak berawak ke armada Laut Hitamnya.

Namun pada Rabu (2/11/2022), kementerian pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa Moskwa akan kembali berpartisipasi, dengan mengatakan bahwa pihaknya menerima jaminan yang “cukup” dari Kyiv bahwa mereka tidak akan menggunakan koridor maritim untuk operasi militer melawan Rusia.

Menurut Khodr, perkembangan soal ekspor gandum itu diikuti dengan penuh kekhawatiran oleh para pemimpin Arab di Algier.

Dia mengatakan satu faktor pemersatu di KTT itu adalah keputusan baru-baru ini oleh kelompok negara-negara OPEC+ untuk mengurangi produksi minyak, yang meningkatkan kekhawatiran global atas melonjaknya inflasi.

Adapun langkah untuk memangkas produksi minyak sebesar dua juta barel per hari (bph) menjelang puncak musim dingin, menyebabkan ketegangan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, dengan Presiden Joe Biden mengatakan akan ada "konsekuensi" atas kebijakan itu dalam hubungan bilateral.

https://www.kompas.com/global/read/2022/11/05/193200670/ketika-liga-arab-terpecah-antara-perjuangkan-palestina-dan-normalisasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke