Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

PBB: Perbudakan Modern Masih Marak di Dunia

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Pelapor Khusus Dewan Hak Asasi Manusia PBB Tomoya Obokata mengatakan perbudakan tradisional, terutama terhadap etnis minoritas, masih didapati di Mauritania, Mali, dan Niger.

Dalam laporannya kepada Sidang Umum PBB, Kamis (18/8/2022), dia mengatakan perbudakan anak bisa ditemui dalam bentuk paling keji.

"Di Asia dan Pasifik, Timur Tengah, Amerika, dan Eropa, antara empat sampai enam persen anak-anak dipaksa bekerja dan presentasenya lebih tinggi di Afrika (21,6 persen) dan angka tertinggi di Afrika sub-Sahara (23,9 persen),” kata Tomoya.

Menurutnya, etnis minoritas termasuk kelompok paling rentan terhadap perbudakan paksa. Fenomena ini terutama marak di Amerika Latin, terlebih di pedalaman Brasil dan hutan Amazon.

Di sana, perbudakan berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang menyebabkan kerusakan lingkungan, termasuk perambahan hutan dan penambangan ilegal, dengan mayoritas korban berwarna kulit hitam dan berpendidikan rendah.

Sebaliknya di CHina, pihaknya menemukan banyaknya buruh etnis Uighur, Kazakh, dan minoritas lain yang dipaksa bekerja di sektor pertanian atau manufaktur.

Beijing juga dituduh menggalakkan transfer buruh yang melatih petani dan peternak di Tibet menjadi buruh rendahan.

Kebijakan tersebut, kata dia, berhasil menciptakan lapangan kerja. Namun, ia melibatkan praktik perbudakan, di mana buruh dipaksa bekerja dalam pengawasan ketat, kondisi yang buruk dan di bawah ancaman kekerasan.

Perbudakan modern: pernikahan paksa dan kekerasan seksual

Laporan tersebut juga mengutip dua jenis perbudakan modern lain, yakni pernikahan paksa dan perbudakan seksual.

Peningkatan jumlah kasus pernikahan paksa tercatat paling tajam pada minoritas Roma di tenggara Eropa. Di kawasan Balkan, separuh perempuan Roma yang berusia antara 20-24 tahun, dinikahkan sebelum menginjak usia 18. Adapun rata-rata nasional berkisar hanya 10 persen, imbuhnya.

Adapun di Inggris, fenomena pernikahan anak terutama marak di komunitas migran asal Pakistan, dan sebagain kecil pada komunitas Afghanistan, Bangladesh, India, dan Somalia.

Di Tanduk Afrika, Boko Haram dilaporkan giat memaksa gadis dan perempuan Kristen untuk memeluk Islam untuk dinikahkan. Pada sebagian etnis minoritas di Nigeria, praktik pernikahan anak bahkan mencapai 74,9 persen pada etnis Kambari dan 73,8 persen pada etnis Fulfude.

Pernikahan paksa juga terjadi di Kongo, Kamboja, India, Kazakhstan, Sri Lanka, dan Vietnam. Sementara di Amerika Selatan, praktik tersebut tercatat lazim di Bolivia, Kolombia, Honduras, dan Panama.

Lonjakan kasus perbudakan seksual

Krisis kemanusiaan dan konflik di sejumlah tempat turut mendorong lonjakan kasus perbudakan seksual, kata Tomoya.

Pada 2014, sebanyak 6.500 perempuan etnis Yazidi disandera kelompok teror ISIS sebagai budak seks. Sebanyak 2.800 korban masih dinyatakan hilang hingga kini.

Di Etiopia, perempuan suku minoritas Tigray, Amhara, dan Afar, sering menjadi korban pemerkosaan, mutilasi seksual dan berbagai bentuk kekerasan seksual oleh pihak yang bertikai.

Di utara Nigeria, Boko Haram terutama membidik perempuan nonmuslim untuk dijadikan budak seks.

Situasi pelik juga dihadapi perempuan etnis Rohingya di Myanmar. Mereka menjadi korban kekerasan seksual sistematis oleh angkatan bersenjata, yang bisa dianggap kejahatan perang atau kejahatan kemanusiaan.

https://www.kompas.com/global/read/2022/08/22/100100470/pbb--perbudakan-modern-masih-marak-di-dunia

Terkini Lainnya

Presiden Ukraina Zelensky Akan ke Singapura untuk Hadiri Forum Keamanan Shangri-La Dialogue

Presiden Ukraina Zelensky Akan ke Singapura untuk Hadiri Forum Keamanan Shangri-La Dialogue

Global
48 Jam Jelang Pemilu Meksiko, 1 Lagi Calon Wali Kota Tewas Dibunuh

48 Jam Jelang Pemilu Meksiko, 1 Lagi Calon Wali Kota Tewas Dibunuh

Global
Penyebab Tabrakan 2 Helikopter AL Malaysia Terungkap, Disebabkan Kesalahan Kru

Penyebab Tabrakan 2 Helikopter AL Malaysia Terungkap, Disebabkan Kesalahan Kru

Global
100 Rudal dan Drone Rusia Sasar Situs Energi Ukraina

100 Rudal dan Drone Rusia Sasar Situs Energi Ukraina

Global
Kecelakaan Kapal di Afghanistan, 20 Orang Termasuk Anak-anak Tenggelam

Kecelakaan Kapal di Afghanistan, 20 Orang Termasuk Anak-anak Tenggelam

Global
Agar Tak Ada Lagi Anak Korban Perang, Save The Children Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Agar Tak Ada Lagi Anak Korban Perang, Save The Children Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Global
Rangkuman Hari Ke-828 Serangan Rusia ke Ukraina: AS-Jerman Beri Izin Ukraina Serang Wilayah Rusia Pakai Senjata Mereka | China Tak Memihak

Rangkuman Hari Ke-828 Serangan Rusia ke Ukraina: AS-Jerman Beri Izin Ukraina Serang Wilayah Rusia Pakai Senjata Mereka | China Tak Memihak

Global
Marian, Ibu dari Michelle Obama, Meninggal di Usia 86

Marian, Ibu dari Michelle Obama, Meninggal di Usia 86

Global
Gelombang Panas di India Tewaskan 33 Orang, Termasuk Para Petugas Pemilu

Gelombang Panas di India Tewaskan 33 Orang, Termasuk Para Petugas Pemilu

Global
Jelang Final Liga Champions dan Euro 2024, Spanyol Sita 11 Ton Kaus Sepak Bola Palsu

Jelang Final Liga Champions dan Euro 2024, Spanyol Sita 11 Ton Kaus Sepak Bola Palsu

Global
Netanyahu Bersikeras Perang Gaza Tak Akan Berakhir sampai Hamas Hilang Kemampuan

Netanyahu Bersikeras Perang Gaza Tak Akan Berakhir sampai Hamas Hilang Kemampuan

Global
Hamas Respons Positif Usulan Gencatan Senjata Baru dari Israel yang Diumumkan Biden

Hamas Respons Positif Usulan Gencatan Senjata Baru dari Israel yang Diumumkan Biden

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata Baru dari Israel yang Diumumkan Biden, Terdiri 3 Fase

Isi Usulan Gencatan Senjata Baru dari Israel yang Diumumkan Biden, Terdiri 3 Fase

Global
Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru dari Israel, Biden: Sudah Waktunya Perang Gaza Berakhir

Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru dari Israel, Biden: Sudah Waktunya Perang Gaza Berakhir

Global
[POPULER GLOBAL] Pertempuran Rafah Kian Sengit | Trump Divonis Bersalah

[POPULER GLOBAL] Pertempuran Rafah Kian Sengit | Trump Divonis Bersalah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke