Perdana Menteri Perancis Jean Castex mengatakan kepada televisi France 2, lebih dari 10.000 kelas - dua persen dari total - harus dibatalkan karena wabah virus corona, tetapi pemerintah tidak akan menutup sekolah atau negara.
Perancis menderita lebih dari 125.000 kematian sejak awal pandemi, dan pada Senin mencatat 93.896 kasus baru Covid-19 ketika varian Omicron yang sangat menular meningkatkan kasus harian ke rekor tertinggi.
Dalam perubahan pertama mulai Selasa (11/1/2022), orangtua tidak lagi diwajibkan segera menjemput anaknya untuk tes Covid jika ia adalah kontak penderita virus.
Pengujian di rumah akan dianggap cukup dalam kasus seperti itu daripada pengujian di situs yang disetujui secara resmi. Orangtua harus menandatangani sertifikat untuk mengonfirmasi hasilnya.
Adapun alat tesnya tersedia di apotek dan gratis.
Serikat guru sekolah dasar terbesar di Perancis, SNUipp-FSU, yang mengecam kekacauan dalam sistem sekolah dan perasaan ditinggalkan serta kemarahan yang kuat di antara para staf, menyerukan pemogokan nasional pada hari Kamis (6/1/2022).
Sebagian besar serikat pengajar lain di negara itu juga mendaftar untuk proposal tersebut.
Sekretaris Jenderal SNUipp-FSU Guislaine David tidak terkesan dengan pengumuman Castex.
"Ini menunjukkan penghinaan total terhadap guru yang ada di lapangan. Ini sama sekali tidak akan mengurangi jumlah penularan di sekolah," katanya dikutip dari AFP.
"Sebaliknya, itu akan melipatgandakan kasus sepuluh kali lipat, karena sertifikat kehormatan orangtua sekarang sudah cukup."
Lebih dari 100.000 orang di seluruh Perancis pada Sabtu (8/1/2022) memprotes atas apa yang mereka katakan sebagai rencana pemerintah untuk lebih membatasi hak-hak orang yang belum divaksinasi.
https://www.kompas.com/global/read/2022/01/11/110100870/lonjakan-covid-19-perancis--10.000-kelas-dibatalkan-tapi-sekolah-tidak