Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gambar Satelit Tangkap Aktivitas Korea Utara Memperluas Fasilitas Nuklir Yongbyon

PYONGYANG, KOMPAS.com - Gambar satelit terbaru menunjukkan Korea Utara memperlus fasilitas pengayaan uraniumnya di kompleks nuklir utamanya di Yongbyon.

Sebuah laporan Institut Studi Internasional Middlebury di Monterey, California mengatakan bahwa sejumlah gambar yang diambil perusahaan citra satelit, Maxar, menunjukkan konstruksi di area dekat pabrik pengayaan uranium di Yongbyon.

"Pengembangan pabrik pengayaan uranium mengindikasikan bahwa Korea Utara berencana untuk meningkatkan produksi senjata tingkat uranium di situs Yongbyon, sebanyak 25 persen," ujar Jeffrey Lewis dan 2 pakar lainnya di Institut Studi Internasional Middlebury dalam laporan mereka.

Melansir Al Jazeera pada Minggu (19/9/2021), Korea Utara baru-baru ini mengumumkan uji coba rudal balistik pertamanya, selang 6 bulan negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat yang sempat terhenti sejak 2019.

Laporan Middlebury Institute mengatakan bahwa citra satelit yang diambil pada 1 September menunjukkan Korea Utara menebangi pohon-pohon dan bersiap membangun fondasi konstruksi. Dari situ juga terlihat adanya ekskavator konstruksi.

Laporan itu mengatakan gambar satelit lainnya yang diambil dua pekan kemudian menunjukkan sebuah dinding telah dibangun untuk menutup area tersebut, dan panel-panel dipindahkan dari sisi bangunan pengayaan untuk menyediakan akses ke area yang baru ditutup.

Area baru pengembangan nuklir itu kira-kira 1.000 meter persegi, ruang yang cukup untuk menampung 1.000 sentrifugal tambahan, yang akan meningkatkan kapasitas pabrik untuk menghasilkan uranium yang sangat diperkaya sebesar 25 persen.

Senjata nuklir dapat dibuat menggunakan uranium atau plutonium yang sangat diperkaya, dan Korea Utara memiliki fasilitas untuk memproduksi keduanya di Yongbyon.

Pada Agustus, gambar-gambar satelit Yongbyon sebelumnya menunjukkan tanda-tanda bahwa Korea Utara melanjutkan operasi fasilitas lain untuk memproduksi plutonium tingkat senjata.

Korea Utara menyebut kompleks Yongbyon sebagai "jantung" dari program nuklirnya.

Selama pertemuan puncak dengan Presiden Donald Trump pada awal 2019, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menawarkan untuk membongkar seluruh kompleks nuklir utamanya, jika dia diberi keringanan sanksi besar. Namun, usulan itu ditolak.

Beberapa pakar AS dan Korea Selatan percaya bahwa Korea Utara secara diam-diam menjalankan setidaknya satu pabrik pengayaan uranium tambahan.

Pada 2018, seorang pejabat tinggi Korea Selatan mengatakan kepada parlemen bahwa Korea Utara diperkirakan telah memproduksi sebanyak 60 senjata nuklir juga.

Perkiraan berapa banyak senjata nuklir yang dapat ditambahkan Korea Utara setiap tahun bervariasi, mulai dari 6 hingga 18.

Selain uji coba rudal balistik, Korea Utara juga mengatakan pihaknya meluncurkan rudal jelajah ke arah laut dalam uji coba yang dilihat sebagai upaya untuk memperkuat kemampuan serangannya terhadap Korea Selatan dan Jepang, di mana AS memiliki sekitar 80.000 tentara.

Para ahli mengatakan rudal jarak jauh, yang digambarkan Pyongyang "strategis", dapat dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.

Presiden Joe Biden menyelesaikan tinjauan selama berbulan-bulan atas kebijakan AS tentang Korea Utara pada Mei, dengan mengatakan pihaknya akan terus mengupayakan denuklirisasi di Semenanjung Korea, tetapi tidak akan mengejar "tawar-menawar besar" dengan Pyongyang.

Korea Utara yang menuduh AS melanjutkan “permusuhan”, mengancam untuk memperluas persenjataan nuklirnya dan mengembangkan persenjataan yang lebih canggih.

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/19/162118170/gambar-satelit-tangkap-aktivitas-korea-utara-memperluas-fasilitas-nuklir

Terkini Lainnya

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke