Kondisi begitu memanas buntut perjanjian Aukus yang diteken Washington, "Negeri Kanguru" dan Inggris Rabu lalu (15/9/2021).
Perjanjian itu membuat Australia mendapatkan teknologi dari AS dan "Negeri Ratu Elizabeth" untuk membangun kapal selam nuklir.
Dampaknya dilansir AFP Sabtu (18/9/2021), perjanjian pembangunan kapal selam senilai miliaran dollar AS yang disepakati pada 2016 pun batal.
"Telah terjadi kebohongan, duplikasi, pelanggaran dan penghinaan besar terhadap kepercayaan," keluh Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian.
Kepada kanal televisi Perancis France 2, Le Drian mengatakan situasi serius kini tengah berkembang di aliansi.
Dia berbicara sehari setelah Presiden Emmanuel Macron memerintahkan penarikan duta besar dari Canberra dan Washington.
Le Drian berkata, penarikan tersebut merupakan aksi simbolis betapa tidak sukanya "Negeri Anggur" dengan perjanjian Aukus tersebut.
"Terdapat situasi serius yang menimpa kami, dan pentingnya kami merevaluasi ulang posisi kami agar kepentingan kami tetap terjaga," kata Le Drian.
Dia menjelaskan, fakta bahwa belum pernah terjadi sebelumnya penarikan perwakilan dari AS menunjukkan seriusnya situasi ini.
Le Drian melanjutkan untuk Inggris, Paris merasa tak perlu memanggil pulang duta besarnya seraya menyindir sikap oportunitis mereka.
Terkait dengan peran London di aliansi, Le Drian kembali melontarkan sindir bahwa pemerintahan Perdana Menteri Inggris hanyalah pelengkap semata.
Dengan situasi genting seperti ini, Le Drian berujar NATO harus menyikapinya dalam pertemuan di Madrid tahun depan.
Dia menegaskan, Perancis akan mengedepankan isu pertahanan ini ketika periode mereka sebagai presidium Uni Eropa dimulai 2022.
https://www.kompas.com/global/read/2021/09/19/064733570/situasi-makin-serius-perancis-tuding-as-dan-australia-berbohong-kepada