KABUL, KOMPAS.com - Bom bunuh diri yang terjadi di luar bandara Kabul pada Kamis (26/8/2021) menambah kondisi Afghanistan dalam "kegilaan" di bawah Taliban yang mengambilalih kekuasaan.
Sejak Taliban mengambilalih kekuasaan negara pada 15 Agustus di tengah tenggat waktu penarikan pasukan asing, banyak warga Afghanistan berusaha untuk melarikan diri karena takut kelompok militan itu kembali menerapkan aturan keras seperti pada 1996-2001 lalu.
Selama itu, kebebasan kaum perempuan dan hak asasi manusia sangat dibatasi.
Ada juga kekhawatiran bahwa ekonomi Afghanistan akan segera runtuh karena berbagai lembaga serta negara asing menahan bantuan dan dana setelah pengambilalihan Taliban.
Keputusasaan untuk melarikan diri juga tumbuh ketika AS dan sekutu asing berlomba untuk menyelesaikan evakuasi sebelum batas waktu 31 Agustus, seperti yang diberlakukan oleh Presiden Joe Biden dan peringatan dari Taliban.
Zainab Hossaini dan suaminya, yang terluka dalam ledakan bom bunuh diri pada Kamis (26/8/2021), menggambarkan kondisi Afghanistan saat ini sudah semakin dalam "kegilaan".
Melansir Al Jazeera pada Jumat (27/8/2021), Hossaini bercerita telah menghabiskan berjam-jam dengan 13 anggota keluarga lainnya meringkuk di dekat dinding beton dekat saluran limbah untuk mencoba melarikan diri.
Dia dan anak-anaknya menceburkan diri ke dalam air kotor berwarna hijau kecokelatan untuk melarikan diri dari kekacuan setelah ledakan bom bunuh diri terjadi.
“Orang-orang benar-benar memanjat tubuh satu sama lain. Tidak ada yang melihat apa yang ada di sekitar mereka, mereka semua hanya mencoba melarikan diri,” katanya.
Diinjak-injak
Hossaini mengatakan saudara perempuannya terluka, ketika dia diinjak-injak oleh orang-orang yang melarikan diri dari tempat kejadian.
Dalam kejadian bom itu kaki suaminya terluka parh, tetapi ia tidak dapat menemukan mobil untuk mengangkutnya. Ia hanya menemukan gerobak penjual makanan.
Dengan gerobak itu ia bersama keluarganya berusaha cepat melewati ratusan mobil dan ribuan orang untuk sampai ke jalan utama, lebih dari 1 km jauhnya.
Hossaini bersama keluarganya membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk mencapai Rumah Sakit Darurat.
Setelah suaminya masuk ruang ICU, dia hanya mendapatkan sedikit informasi tentang suaminya yang kakinya rusak parah dan akan menyulitkannya berjalan lagi.
Suami Hossaini merupakan bagian dari Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan. Meskipun Taliban mengklaim telah memberikan amnesti menyeluruh kepada mantan pasukan keamanan dan pejabat pemerintah, keluarga Hossaini tidak mempercayai jaminan itu.
Sehingga, ia sekeluarga memutuskan untuk mencoba melarikan diri dari Afghanistan sebelum tenggat waktu penarikan seluruh pasukan asing pada 31 Agustus.
Kehilangan keluarga
Di sisi lain, Jawed (17 tahun) kehilangan jejak kakak perempuannya, Narges setelah bom bunuh diri terjadi pada Kamis (26/8/2021).
Jawed pergi dari satu rumah sakit ke rumahh sakit lain, mencoba menemukan saudaranya.
Narges kehilangan kontak dengan keluarganya di tengah kekacauan saat serangan bom terjadi, dan orang-orang berusaha melarikan diri.
Pada Jumat (27/8/2021), Jawed dan keluarganya telah menyebarkan informasi kehilangan orang di media sosial.
"Kami sudah ke mana-mana, kami hanya berharap dia masih hidup," ujar Jawed ketika sambil bersiap untuk pergi ke fasilitas medis lain untuk mencari Narges.
Mayat tanpa lengan
Gholam Hassan sedang menunggu kabar tentang keponakannya yang berusia 17 tahun yang terluka dirawat di rumah sakit.
Keponakannya didorong oleh teman-temannya untuk pergi ke bandara dan mencoba peruntungan sebelum batas waktu penarikan pasukan asing.
“Mari kita coba sebelum waktu habis,” kata mereka kepada remaja itu pada Kamis pagi.
Hassan dan pria paruh baya lainnya yang duduk di bangku di luar rumah sakit mengatakan mereka melihat setidaknya 15 mayat diangkut keluar dari rumah sakit pada Jumat pagi.
"Anda tidak akan percaya. Ada mayat tanpa lengan dan kaki, yang lain tanpa kepala," kata Hassan.
https://www.kompas.com/global/read/2021/08/28/131350570/bom-bunuh-diri-di-kabul-semakin-menambah-kondisi-afghanistan-dalam