Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kim Jong Un Hukum Mati Pejabat Tinggi yang Kritik Kebijakannya

Berdasarkan informasi yang ada, mayor jenderal yang mengurusi urusan logistik di Kamp Pelatihan 815 disidang dan ditembak mati pada 18 Juli.

Sumber internal kepada Daily NK mengungkapkan, pejabat itu dibunuh setelah mencemooh perintah khusus Kim.

Kim disebut menginstruksikan supaya gudang militer melepas beras dan dibagi-bagikan ke masyarakat yang kelaparan.

Namun oleh si pejabat tinggi, perintah Kim Jong Un itu disebut tidak realistis, dan "abai terhadap realitasnya".

Menurut perwira tinggi yang tidak disebutkan identitasnya tersebut, krisis yang dihadapi militer jauh lebih berat.

"Jika mereka terus menekan kita seperti ini, dari mana kita bisa memproduksi beras? Dari pasir di tepi sungai?" cemoohnya.

Akibat pembangkangan tersebut, Kim Jong Un menjatuhkan hukuman mati kepada si jenderal, yang pemberitahuannya dikirim kepada masyarakat.

Dilansir The Sun Senin (2/8/2021), pemberitahuan dikirim pada 22 Juli berisi detil kejadian untuk memeringatkan publik Korea Utara.

Dalam pengumuman eksekusi itu, si pejabat tinggi tersebut dianggap sebagai pembangkang di mata pemerintah.

"Mereka mencoba menebar ketakutan dengan mengatakan siapa pun yang berani membangkang partai akan dihukum, tak peduli siapa mereka," jelas sumber itu.

Diyakini juga, pemerintah Korea Utara ingin memperbaiki penurunan kedisiplinan militer, bahkan di tengah situasi seperti kekurangan pangan.

Kim sendiri sudah mengakui seberapa menakutkan situasi yang mereka hadapi dalam pertemuan partai oada 29 Juni.

Dia diyakini menghukum pejabat tinggi dan menerbitkan arahan agar dilakukan inspeksi ke logistik level bawah.

Pada Juli, Kim membersihkan puluhan ofisial tinggi yang dia anggap gagal mengentaskan Korea Utara dari kemiskinan.

Sumber itu menuturkan bagaimana gudang militer sebetulnya kosong sejak era ayah Kim, Kim Jong Il, dan baru ditangani pemerintah saat ini.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/03/135248370/kim-jong-un-hukum-mati-pejabat-tinggi-yang-kritik-kebijakannya

Terkini Lainnya

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke