NEW DELHI, KOMPAS.com - Baru-baru ini muncul laporan yang menjadi berita utama di India tentang kasus pembunuhan seorang gadis oleh anggota keluarga sendiri.
Insiden tersebut menjadi sorotan, karena menggambarkan betapa tidak amannya para wanita di rumah mereka sendiri.
Pada akhir pekan, seorang gadis berusia 17 tahun, Neha Paswan diduga dipukuli hingga tewas oleh anggota keluarga besarnya di negara bagian Uttar Pradesh karena mereka tidak suka dia memakai celana jins.
Ibunya, Shakuntala Devi Paswan, mengatakan kepada BBC Hindi bahwa remaja itu telah dipukuli dengan tongkat oleh kakek dan pamannya, setelah bertengkar karena pakaiannya yang dipakai di rumah mereka di desa Savreji Kharg di distrik Deoria, salah satu daerah paling tertinggal di negara bagian itu.
"Dia telah menjalankan puasa agama seharian. Di malam hari, dia mengenakan celana jins dan atasan, lalu melakukan ritualnya," ujar Shakuntala, seperti yang dilansir dari BBC pada Selasa (27/7/2021).
"Ketika kakek-neneknya keberatan dengan pakaiannya, Neha menjawab bahwa jins dibuat untuk dikenakan dan bahwa dia akan memakainya," kata ibunya.
Pertengakaran semakin sengit, berujung pada kekerasan, klaimnya.
Shakuntala mengatakan saat putrinya terbaring tak sadarkan diri, mertuanya memanggil becak dan mengatakan mereka akan membawanya ke rumah sakit.
"Mereka tidak mengizinkan saya menemani mereka, jadi saya memberitahu kerabat saya yang pergi ke rumah sakit distrik untuk mencarinya, tetapi tidak dapat menemukannya."
Keesokan paginya, Shakuntala mendengar bahwa tubuh seorang gadis tergantung di jembatan atas sungai Gandak.
Ketika keluarga Shakunta pergi untuk mengeceknya, dan ternyata itu adalah jasad Neha.
Polisi telah menangani kematian Neha sebagai kasus pembunuhan dengan 10 orang tersangka, yaitu kakek-neneknya, paman, bibi, sepupu, dan pengemudi mobil Neha. Terdakwa belum membuat pernyataan publik.
Pejabat senior polisi Shriyash Tripathi mengatakan kepada BBC Hindi bahwa 4 orang, termasuk kakek-nenek, seorang paman dan pengemudi mobil, telah ditangkap dan diinterogasi.
Dia mengatakan polisi sedang mencari keberadaan tersangka yang tersisa.
Ayah Neha, Amarnath Paswan, yang bekerja sebagai buruh harian di lokasi konstruksi di Ludhiana, sebuah kota di Punjab, telah kembali ke rumah untuk menangani kasus pembunuhan putrinya.
Amarnath dengan getir mengatakan bahwa dia telah bekerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya, termasuk Neha.
Shakuntala mengatakan putri mereka Neha ingin menjadi polisi, tetapi "mimpinya tidak akan pernah terwujud sekarang".
Dia menuduh bahwa mertuanya menekan Neha untuk meninggalkan studinya di sekolah lokal, dan sering mencaci dia karena mengenakan apa pun selain pakaian tradisional India.
Disebutkan ibunya, Neha suka berdandan dengan pakaian modern. Ada 2 foto yang dibagikan keluarganya kepada BBC, menunjukkan salah satu foto ia memakai gaun panjang dan celana jins. Lalu foto lainnya, ia memakai jaket.
Para pegiat mengatakan bahwa kekerasan yang sering terjadi terhadap perempuan dan anak-anak perempuan di dalam rumah dipengaruhi oleh kentalnya patriarki yang tertanam, dan sering disetujui oleh para tetua keluarga.
Anak perempuan dan perempuan di India menghadapi ancaman serius, mulai dari risiko pembunuhan janin, karena masyarakat tradisional lebih menyukai anak laki-laki. Kemudian, diskriminasi dan penelantaran.
Kekerasan dalam rumah tangga merajalela dan rata-rata, 20 perempuan dibunuh setiap hari karena membawa mahar yang tidak mencukupi.
Perempuan dan anak perempuan di kota kecil dan pedesaan India hidup di bawah pembatasan ketat dengan kepala desa atau kepala keluarga sering mendikte apa yang mereka kenakan, ke mana mereka pergi, atau dengan siapa mereka berbicara.
Setiap kesalahan langkah dianggap sebagai provokasi dan harus dihukum.
https://www.kompas.com/global/read/2021/07/27/180934070/gara-gara-pakai-celana-jins-seorang-gadis-di-india-dibunuh-keluarga