Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Alexander Hamilton, Bapak Pendiri AS yang Gagal Berkuasa karena Tersandung Skandal

Dia adalah pendukung kuat pemerintah federal, dan memainkan peran kunci dalam membela dan meratifikasi Konstitusi AS.

Sebagai Menteri Keuangan AS pertama, Hamilton membangun fondasi keuangan untuk negara baru “Uncle Sam.” Dia melawan oposisi sengit dari saingan beratnya Thomas Jefferson (Presiden AS Ketiga).

Perbedaan antara keduanya kelak berperan dalam pembentukan awal partai politik di negara ini. Gaya politik Hamilton blak-blakan dan terpolarisasi kerap memicu konfrontasi.

Tapi karirnya menuju puncak kekuasaan AS terhambat akibat skandal seks yang memalukan. Pada 1804 ia terbunuh dalam duel satu lawan satu oleh Aaron Burr, musuh politiknya.

Masa kecil di Karibia

Hamilton lahir pada 1755 atau 1757 di pulau Nevis di Karibia. Orang tuanya adalah Rachel Fawcett Lavien, wanita keturunan Huguenot Inggris - Perancis, dan James Hamilton, seorang pedagang Skotlandia.

Rachel masih menikah dengan pria lain pada saat Hamilton lahir. Dia dikabarkan telah meninggalkan suaminya, yang kasar dan menghabiskan sebagian besar kekayaan keluarga Rachel, serta telah memenjarakannya karena perzinahan.

Ayah Hamilton meninggalkan keluarganya dalam kemiskinan pada 1766. Bertekad untuk memperbaiki nasibnya, Hamilton mengambil pekerjaan pertamanya pada usia 11 tahun, tidak lama setelah ayahnya pergi.

Tetapi keluarga itu segera mendapat pukulan menyedihkan lainnya. Setelah bekerja tanpa lelah untuk memenuhi kebutuhan, ibunya jatuh sakit dan meninggal pada 1768 dalam usia 38 tahun.

Setelah kematian ibunya, Hamilton menemukan pekerjaan dengan Beekman and Cruger. Perusahaan itu bergerak di sektor ekspor-impor, dan dimiliki oleh seorang pengusaha New York bernama Nicholas Cruger.

Cruger langsung menyukai Hamilton muda, dan mulai memberikannya tanggung jawab terkait sektor keuangan global.

Tak perlu waktu lama anak laki-laki itu mendapat tugas memeriksa kargo, menyiapkan daftar muatan kapal, hingga kerap memberikan nasihat kepada kapten.

Karena perusahaan juga berurusan dengan budak, Hamilton juga bersentuhan dengan sisi kehidupan yang lebih kelam.

Setelah bekerja, Hamilton menghabiskan waktunya membaca di perpustakaan Pendeta Hugh Knox. Alhasil, dia memiliki pengetahuan yang luas dalam sastra, sejarah dan ilmu pengetahuan.

Secara bersamaan, dia juga mulai menerbitkan puisi sesekali di koran lokal. Dia membuat para pembacanya terkesan dengan kisah yang gamblang tentang badai yang melanda pulau itu pada 1772.

Hijrah ke Daratan Amerika

Penduduk setempat pun membantu mengumpulkan uang untuk mengirimnya belajar ke AS. Hamilton akhirnya tiba di New York pada akhir 1772 saat ia berusia 16 tahun.

Dia berhasil mendapat pendidikan di King's College (yang kemudian berganti nama menjadi Universitas Columbia).

Namun alih-alih hanya berkutat dengan urusan akademis, Hamilton justru aktif terlibat dalam dunia politik. Adapun saat itu, AS berada di ambang revolusi.

Pada 1774, dia menulis artikel politik pertamanya yang membela perjuangan Patriot melawan kepentingan Loyalis pro-Inggris.

Tulisan berjudul "Pembenaran Penuh Tindakan Kongres," memuat tentang proposal Kongres Kontinental Pertama, untuk mendorong embargo perdagangan dengan Inggris.

Ketika Perang Revolusi dimulai, Hamilton ditugaskan memimpin sebuah kompi artileri di Angkatan Darat Kontinental.

Dia bertempur dengan gagah berani dalam sejumlah pertempuran, antara lain di Trenton dan Princeton.

Pada 1777, keaktifannya menarik perhatian panglima angkatan bersenjata, Jenderal George Washington (Presiden AS pertama), yang kemudian mengangkat Hamilton sebagai stafnya.

Kecakapan menulis dan keterampilan militer Hamilton membantunya berkembang sebagai pembantu Washington. Dia pun membangun reputasinya di masyarakat selama era Revolusi.

Pada 1780, ia menikahi Elizabeth Schuyler, putri seorang pemilik tanah dan perwira militer New York yang kaya dan berpengaruh.

Mereka total memiliki delapan anak, dan Elizabeth menjadi sumber utama kesetiaan dan stabilitas bagi Hamilton selama bertahun-tahun masa depannya yang penuh gejolak.

Pertempuran Yorktown

Berhenti bekerja sebagai staf Washington pada 1781, Hamilton kembali ke tentara sementara waktu. Jendral itu ternyata memberinya tugas khusus sebagai komando lapangan di Pertempuran Yorktown.

Hamilton berhasil keluar dengan cemerlang dari pertempuran darat skala besar yang terakhir di masa itu. Dia sukses memimpin serangan, yang berkontribusi pada penyerahan Jenderal Inggris Lord Charles Cornwallis.

Pengepungan berlangsung dari 28 September hingga 19 Oktober 1781. Perancis menyerang benteng Inggris di Redoubt 9 dan Hamilton menyerang Redoubt 10 secara bersamaan.

Serangan ganda itulah yang menyebabkan Jenderal Inggris Charles Cornwallis menyerah.

Strategi Patriot dalam serangan itu adalah mendekati benteng "dalam keheningan dengan senjata yang diturunkan, mengepung musuh dan memaksa mereka untuk menyerah dengan cepat dengan sedikit korban.

“Pada zaman Hamilton, menunjukkan keberanian di medan pertempuran adalah salah satu dari sedikit cara bagi orang yang tidak dikenal untuk memenangkan ketenaran,” kata sejarawan Michael E. Newton, penulis Alexander Hamilton: The Formative Years melansir History.

“Hamilton jenius dan pekerja keras, tetapi tidak berasal dari keluarga terpandang seperti kebanyakan Founding Fathers. Dia tahu bahwa memenangkan pertempuran akan membuatnya terkenal dan memajukan karirnya.”

Laporan Batalion Lafayette tentang penyerangan itu dicetak di surat kabar seluruh negeri. Isinya tentang pujian dari bawahan Hamilton atas kepemimpinannya di Yorktown. Sejak itu, seluruh negara mendengar tentang keberanian dan kepemimpinannya.

Membentuk Konstitusi AS

Setelah perang, Hamilton belajar hukum, lulus dari standarisasi New York dan membuka praktik sebagai pengacara di kota itu.

Pada 1787, ketika sebuah konvensi federal diadakan di Philadelphia untuk merombak Hukum Konfederasi, Hamilton dipilih sebagai salah satu dari tiga delegasi dari New York.

Pidato enam jam yang dibuatnya, berisi tentang rencana membentuk pemerintahan yang sangat terpusat. Ini menuai kritik bahwa dia ingin menciptakan sebuah monarki.

Meskipun Hamilton akhirnya memiliki sedikit pengaruh pada Konstitusi AS sendiri, dia memainkan peran penting dalam ratifikasinya.

Bersama dengan James Madison dan John Jay, Hamilton menerbitkan serangkaian 85 esai yang membela dokumen baru untuk rakyat AS.

Hamilton menulis tidak kurang dari 51 esai dari “Federalist Papers” ini. Tulisan itu akan menjadi karyanya yang paling terkenal.

Pada 1789, Washington dengan suara bulat terpilih sebagai presiden pertama AS. Dia menunjuk Hamilton sebagai Menteri Keuangan AS yang pertama.

Misinya untuk memberikan stabilitas keuangan yang tahan lama untuk negara baru. Hamilton berpendapat tentang pentingnya sistem perbankan nasional dan perencanaan pemerintah federal tentang utang negara.

Kebijakan keuangan Hamilton menghadapi tantangan keras dari Madison dan Thomas Jefferson, yang saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri AS. Dia menganggap rencananya terlalu banyak memberikan kekuasaan di tangan pemerintah federal.

Pada 1791, dengan meniru Bank of England, Bank Central AS pertama berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan menandai titik puncak pengaruh Hamilton di negara baru.

Sementara itu, perdebatan terus berkecamuk di dalam kabinet Washington mengenai keseimbangan kekuasaan antara pemerintah federal dan negara bagian.

Pada 1793, ketika perang pecah antara Inggris Raya dan Perancis, perpecahan antara Hamilton (yang menyukai netralitas) dan Jefferson (yang ingin AS mendukung Perancis) mulai memecah negara itu dalam dua partai politik pertama, Federalist dan Demokrat-Republik.

Terhadang skandal

Harapan Hamilton untuk naik ke jabatan tertinggi negara itu pupus karena keterlibatannya dalam skandal seks pertama yang menggemparkan AS saat itu.

Dalam “Pamflet Reynolds” yang terkenal diterbitkan pada 1797, Hamilton mengumumkan perselingkuhannya dengan seorang wanita yang sudah menikah, Maria Reynolds.

Pengakuan itu dilakukan untuk membersihkan Reynolds dari kecurigaan spekulasi keuangan ilegal yang melibatkan suaminya, James.

Penderitaan lebih lanjut dialami rumah tangga Hamilton dan istrinya, ketika putra sulung mereka, Philip, terbunuh dalam duel untuk membela nama ayahnya pada 1801.

Hamilton sendiri tak jarang terjerumus dalam konflik dalam perseteruan sengit dengan oposisinya. Hal itu terjadi karena gaya pembuatan kebijakannya dan kepribadiannya yang agresif.

Menurut sejarawan Joanne Freeman, dia terlibat dalam tidak kurang dari 10 urusan kehormatan (atau duel), sebelum duel terkenal 1804 yang akhirnya merenggut nyawanya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/07/06/141815770/biografi-tokoh-dunia-alexander-hamilton-bapak-pendiri-as-yang-gagal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke