Presiden Alexander Lukashenko menuding, ada pihak luar yang berusaha menggulingkan pemerintahannya.
Lukashenko mengeklaim, dinas keamanan setempat berhasil membongkar sel tidur teroris yang mendapat dukungan asing.
"Mereka sudah kelewatan. Kami tidak bisa memaafkan mereka," ujar Lukashenko tanpa memberikan bukti atas klaimnya.
Pemimpin yang dijuluki diktator terahir di Eropa ini menyatakan, sejumlah negara Barat mendanai penyelundupan senjata ke sel teroris itu.
Dilansir BBC Jumat (2/7/2021), dia merinci negara itu antara lain Jerman, Lithuania, Ukraina, dan AS.
"Senjata dalam jumlah besar datang dari Ukraina ke Belarus. Karena itu saya memerintahkan penutupan penuh perbatasan," kata Lukashenko.
Presiden sejak 1994 itu menerangkan, dia berjanji akan mengonfrontasinya dengan Kanselir Jerman Angela Merkel maupun pemimpin tertuduh lain.
Sementara dari Kiev, pemerintah setempat membantah sudah mengintervensi urusan domestik tetangganya tersebut.
Pemerintahan Volodymyr Zelensky menjelaskan, keputusan menutup perbatasan hanya akan membuat rakyat Belarus menderita.
Belarus berbagi perbatasan dengan Ukraina di selatan, di barat berbatasan dengan Polandia dan Lithuania di barat, Latvia di utara, dan Rusia di timur.
Keputusan Lukashenko menutup perbatasan akan membuat hubungannya dengan negara Barat makin merenggang.
Pada Mei, pemerintahannya sempat menuai kemarahan karena memaksa pesawat Ryanair mendarat darurat.
Upaya paksa tersebut dilakukan demi menangkap seorang jurnalis yang dikenal sebagai pengkritik pemerintah.
Sebagai balasannya, negara Barat kemudian memberondong Minsk dengan sanksi.
https://www.kompas.com/global/read/2021/07/03/082525470/belarus-tutup-perbatasan-dengan-ukraina-tuduh-adanya-skenario-kudeta