Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Polisi India Datangi Kantor Twitter Setelah Cuitan Politisi Dilabeli "Media Manipulasi"

NEW DELHI, KOMPAS.com - Polisi India mendatangi kantor Twitter untuk memberikan peringatan, setelah platform tersebut melabeli tweet politisi dari partai berkuasa, sebagai "media manipulasi".

Di tengah kasus Covid-19 di India yang menjadi sorotan dunia sejak April lalu, hubungan pemerintah India dan Twitter juga diwarnai ketegangan.

Pada awal tahun ini, Twitter telah membatalkan pemblokiran sejumlah akun, meski ada permintaan dari pihak berwenang.

Akun yang hendak diblokir itu terkait dengan protes petani India terhadap reformasi pertanian. 

Pemerintah India mengklaim unggahan itu bertujuan untuk memicu kekerasan. Sedang Twitter, menyakini arahan itu tidak sejalan dengan hukum di India.

Terbaru, pada Selasa (25/5/2021), Twitter memberi label "media manipulasi" pada tweet juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) Sambit Patra.

Melansir The Guardian pada Selasa (25/5/2021), Patra membagikan sebuah dokumen yang diduga menunjukkan rencana induk Kongres dari partai oposisi, untuk membandingkan upaya BJP dalam memerangi pandemi Covid-19.

Kongres mengunggah tweet bahwa mereka telah mengirim surat ke markas Twitter di AS, yang menyerukan akun Patra serta beberapa perwakilan BJP lainnya untuk ditangguhkan secara permanen.

Partai oposisi mengatakan dokumen yang dibagikan Patra itu palsu.

Kepolisian Delhi mengkonfirmasi kedatangannya ke kantor Twitter, tapi hanya mengatakan bahwa itu adalah bagian dari "proses rutin".

Kali ini, tujuan kunjungan mereka adalah untuk menyampaikan pemberitahuan tentang tweet politisi PJB.

"Polisi Delhi sedang menyelidiki pengaduan, di mana Twitter diminta memberikan klarifikasi mengenai tweet Sambit Patra sebagai 'manipulatif'," kata polisi.

"Tampaknya Twitter memiliki beberapa informasi yang tidak kami ketahui atas dasar mereka mengklasifikasikannya seperti itu. Informasi ini relevan dengan penyelidikan," imbuhnya.

Seorang juru bicara Twitter mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada komentar tentang kunjungan polisi ke kantornya.

Di bawah aturan Twitter, menerapkan tag "media manipulasi" pada unggahan "jika itu termasuk" media (video, audio, dan gambar) yang telah diubah atau dibuat-buat".

Twitter memiliki sekitar 17,5 juta pengguna di India.

Sebuah organisasi pemeriksa fakta terkemuka, AltNews, mengatakan telah menganalisis dokumen dan mengklaim bahwa beberapa dokumen dibuat dengan kop surat palsu.

Perdana Menteri India Narendra Modi dan BJP telah dikritik karena respons yang lambat terhadap gelombang kedua Covid-19.

Namun, Modi sempat menyatakan kemenangan atas penanganan virus corona pada awal tahun ini.

BJP membalas kritikan dengan menyalahkan pemerintah negara bagian di India dan lainnya karena mengabaikan peringatan berulang dari Modi tentang gelombang kedua.

India berada dalam gelombang tinggi Covid-19. Negara telah melaporkan lebih dari 26,7 juta infeksi virus corona dan lebih dari 300.000 kematian, menurut data Kementerian Kesehatan.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa jumlah kematian sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, karena banyak kematian tidak tercatat secara resmi.

https://www.kompas.com/global/read/2021/05/25/143739470/polisi-india-datangi-kantor-twitter-setelah-cuitan-politisi-dilabeli

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke