Mereka termasuk dalam 60 korban meninggal anak-anak sejak Israel dan Hamas saling serang pada 10 Mei.
"Negeri Zionis" bersikukuh mereka hanya menargetkan infrastruktur maupun markas Hamas dan kelompok lainnya, Jihad Islam.
Tel Aviv menyatakan, mereka tidak berniat menyasar warga sipil. Namun dalam satu momen, mereka menyerang sistem terowongan milisi.
Diwartakan Sky News Selasa (18/5/2021), serangan tersebut juga menyebabkan rumah yang berada di atas terowongan runtuh.
Lebih dari 200 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza. Adapun di pihak "Negeri Zionis", 12 orang meninggal.
Norwegian Refugee Council (NRC) menyatakan, 11 anak yang terbunuh itu berusia antara lima sampai 15 tahun.
Disebutkan, mereka merupakan peserta dari program psiko-sosial. Salah satu korban diidentifikasi bernama Lina Iyad Sharir.
Gadis 15 tahun tersebut meninggal bersama orangtuanya saat rumah mereka di kawasan Al Manara dihantam munisi Israel.
Hala Hussein al Rifi (13) terbunuh pada 12 Mei malam waktu setempat di bangunan Salha, kawasan Tal Al-Hawa.
Pada 16 Mei, sejumlah serangan udara di Jalanan Al Wahda, pusat Gaza City, membunuh delapan orang yang dibantu NRC mengatasi trauma.
Di antaranya Tala Ayman Abu al Auf (13), yang tewas bersama kakaknya. Ayah mereka, Dr Ayman Abu al Auf juga dilaporkan terbunuh.
Pada 17 Mei di area yang sama, Rafeef Murshed Abu Dayer, gadis berusia 10 tahun, tewas bersama dua saudaranya.
Mereka terbunuh ketika pecahan rudal mengenai ketiganya yang tengah makan siang di Gedung Ghazi Shawa.
Sekretaris Jenderal NRC Jan Egeland menyatakan, mereka sangat terkejut dengan kabar kematian 11 anak yang mereka bantu.
"Mereka sudah tiada, terkubur bersama keluarga dan mimpi mereka. Kami meminta Israel menghentikan kegilaan ini. Anak-anak harus dilindungi," tegasnya.
Egeland menegaskan, Tel Aviv tidak boleh menyerang rumah, sekolah, dan harus memastikan keamanan anak-anak itu.
https://www.kompas.com/global/read/2021/05/19/072032470/11-anak-di-gaza-yang-dirawat-untuk-atasi-trauma-tewas-dalam-serangan