Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Krisis Covid-19 India Jadi Masalah Mengerikan bagi Dunia

NEW DELHI, KOMPAS.com - Bencana yang terjadi di India tampaknya menjadi skenario terburuk yang ditakuti banyak orang dari pandemi Covid-19.

Negara berpenduduk 1,4 miliar itu tenggelam di bawah beban infeksi, dengan warga tidak dapat menemukan tempat tidur yang memadai di rumah sakit. Sementara akses ke uji Covid-19, obat-obatan atau oksigen sangat sulit.

Kondisi tersebut berseberangan dengan tanggapan global terhadap virus corona di kebanyakan negara saat ini. Di mana negara-negara kaya di barat memprioritaskan vaksin untuk kebutuhan mereka sendiri di satu kubu. Sementara argumen yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kesetaraan vaksin global di kubu lain, juga gagal dipegang.

Guardian dalam analisisnya menilai skala krisis di India menunjukkan kebutuhan mendesak untuk memprioritaskan tanggapan di negara Asia Selatan ini.

Dengan pasokan vaksin global yang tidak mungkin meningkat hingga akhir tahun ini, kepemimpinan internasional juga diperlukan.

Terlepas dari niat terbaik WHO dan inisiatif berbagi vaksin Covax untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 secara adil, perlu diakui pandemi mungkin memerlukan periode “pengendalian” yang lebih terfokus, di mana keputusan yang sulit dan terkadang tidak populer perlu dibuat.

Negara-negara perlu melihat krisis kesehatan melampaui masalah mereka sendiri, dan melihat bahwa pandemi masih bisa menjadi lebih buruk jika tanpa intervensi.

Mutasi virus corona

Para ahli telah berulang kali memperingatkan bahwa membiarkan virus bersirkulasi tanpa terkendali, meningkatkan risiko munculnya varian baru yang berbahaya dan bisa memperpanjang pandemi.

Model penanganan untuk kondisi ini sejatinya sudah ada. Contohnya inisiatif George W Bush ketika memerangi AIDS di Afrika, menggunakan Rencana Darurat Presiden untuk bantuan AIDS. Selain itu juga tanggapan global 2014 untuk Ebola di Afrika Barat, yang kemudian dipandang sebagai prioritas internasional.

Ironisnya pemikiran “magis” ditampilkan oleh pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi, yang mengklaim pandemi berada dalam "permainan akhir" pada Maret, ketika negara itu ternyata menuju gelombang kedua infeksi.

Itu tidak jauh berbeda dari kesalahan para pemimpin lainnya, termasuk mantan presiden AS Donald Trump, yang mengira virus itu akan hilang begitu saja.

Pada Minggu (25/4/2021) Guardian melaporkan apa yang terlihat di India adalah kemungkinan besar terjadinya bahaya secara lokal dan global, mungkin dalam skala yang belum terlihat dalam pandemi.

India, negara dengan sistem kesehatan yang rapuh dan pengawasan yang sangat lemah, telah menunjukkan betapa buruknya bahaya pendekatan yang terkotak-kotak dalam respons global terhadap virus corona.

Distribusi Vaksin

Produsen vaksin terbesar di dunia, Serum Institute of India (SII), seharusnya memasok dosis di bawah skema Covax ke negara-negara miskin, kebanyakan di Afrika.

Tapi dosis itu kini telah dialihkan untuk kebutuhan nasional India sendiri, dan masih terus berjuang mendapatkan bahan baku produksi vaksin dari AS.

Sebagai konsekuensi dari krisis, bulan ini India mengirimkan hanya 1,2 juta dosis ke luar negeri, dibandingkan dengan 64 juta dosis dalam tiga bulan sebelumnya.

China, yang sangat mendorong diplomasi vaksin versinya sendiri, telah bergerak untuk mengisi kekosongan itu.

Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan bahwa "China bersedia memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan" kepada India, meskipun dia tidak merinci informasi spesifik.

Pemerintah Inggris akan mengangkut 495 konsentrator oksigen, yang dapat mengekstraksi oksigen dari udara ketika sistem rumah sakit telah habis, 120 ventilator non-invasif dan 20 ventilator manual ke Delhi.

Jerman juga kemungkinan akan mengirim generator oksigen dan bantuan lainnya.

Tetapi yang juga segera dibutuhkan India adalah pasokan untuk pabrik vaksinnya, yang saat ini tertahan oleh pembatasan ekspor AS. Alat pengurut genom, untuk mengidentifikasi dan mengontrol varian yang ada dan yang muncul, juga masih diperlukan.

Satu harapan muncul ketika AS mulai berjanji untuk "segera mengerahkan" bantuan kepada petugas kesehatan di India, yang mencetak angka kasus Covid-19 tertinggi di dunia untuk empat hari berturut-turut.

AS mengatakan sedang melakukan pembicaraan tingkat tinggi untuk mengerahkan bantuan ekstra kepada petugas kesehatan India dan sangat prihatin dengan situasi di sana.

Dr Anthony Fauci, ahli penyakit menular terkemuka di AS, mengatakan pada Minggu beberapa tindakan sedang dipertimbangkan. Termasuk pengiriman pasokan oksigen, tes, perawatan obat dan alat pelindung diri.

“Intinya, ini adalah situasi mengerikan yang terjadi di India dan negara berpenghasilan menengah ke bawah lainnya, dan masih banyak yang bisa kami lakukan,” katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/04/26/114918470/mengapa-krisis-covid-19-india-jadi-masalah-mengerikan-bagi-dunia

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke