Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Covid-19 di India Bisa Turun Drastis, Ini Dugaan Penyebabnya...

Namun, penambahan kasus baru virus corona dan kematian menurun drastis dalam beberapa pekan terakhir.

Minggu ini contohnya, tercatat penambahan kasus baru terendah dalam 8 bulan, sedangkan angka kematian tak sampai 100, terkecil dalam satu hari sejak Mei.

Tepatnya, 94 kematian dari 8.635 infeksi baru pada Selasa (2/2/2021).

Sekarang "Negeri Bollywood" adalah salah satu negara dengan rasio kematian per kasus terendah, di antara 20 negara dengan dampak Covid-19 terparah di dunia.

Kasus Covid-19 di India pertama kali dilaporkan pada 30 Januari 2020, dan kematian pertama pada Maret.

Jumlah kasus harian sempat memuncak lebih dari 97.000 pada September, dengan rata-rata 1.000 pasien meninggal per hari bulan itu.

Melansir AFP pada Jumat (5/2/2021), berikut dugaan penyebab kasus virus corona di India turun drastis.

1. Pencegahan dini

Para ahli sebelumnya telah memperingatkan virus corona akan mendatangkan malapetaka di kota-kota padat penduduk di India, yang memiliki sanitasi buruk.

Ada juga kekhawatiran bahwa sistem perawatan kesehatan yang minim dana tidak akan mampu mengatasinya.

Namun, kini pembatasan sudah dikurangi secara bertahap sejak Juni seiring upaya pemerintah membangkitkan perekonomian.

Situasi jadi lebih longgar. Ratusan ribu orang berkumpul di festival Hindu Kumbh Mela bulan lalu, kebanyakan tidak memakai masker.

Puluhan ribu petani pun berdemo di Delhi sejak November untuk melawan UU pertanian baru.

Para dokter di negara bagian Gujarat, Uttar Pradesh, dan Andhra Pradesh, serta di kota-kota besar seperti Delhi dan Mumbai dengan populasi gabungan lebiih dari 330 juta, mengatakan bahwa penurunan kasus terjadi signifikan di rumah sakit mereka.

Di Delhi pemerintah mengungkapkan, 90 persen tempat tidur khusus Covid-19 tidak berpenghuni.

"Dulu ada daftar tunggu yang sangat panjang. Sekarang cuma 40-50 persen pasien di sini," ungkap Deven Juneja dokter yang ditemui AFP di Max Smart Super Speciality Hospital pada Juni.

2. Herd immunity

Para pakar menerangkan, tanpa data valid tidak mungkin bisa mengetahui kenapa penambahan kasus corona di India turun drastis.

Ada beragam pandangan tentang apakah herd immunity (kekebalan kelompok) mungkin terjadi di sebagian besar India.

"Sepengetahuan saya ada cukup banyak orang di India yang sudah tertular virus itu. Dan mungkin itulah sebabnya jumlahnya menurun," ujar ahli virologi Shahid Jameel kepada AFP.

Direktur regional Badan Kesehatan Dunia (WHO) Poonam Khetrapal Singh, memuji pemakaian masker, social distancing dan menjaga kebersihan di India, yang dikatakan efektif mengurangi risiko penularan.

Namun dia menambahkan, "India adalah negara luas dan beragam, dan sulit mengaitkan penurunan kasus dengan herd immunity."

Negara pimpinan PM Narendra Modi ini juga termasuk cepat meluncurkan vaksinasi, dengan menargetkan 300 juta orang disuntik sampai Juli.

3. Risiko kebangkitan kasus

Penelitian yang diterbitkan jurnal The Lancet pekan lalu mencatat, di Manaus kota Brasil dengan dampak Covid-19 terparah, terjadi kebangkitan kasus Covid-19 meski kemungkinan orang-orang sudah memiliki antibodi.

Beberapa alasannya termasuk kekebalan yang berkurang dan varian baru virus corona yang lebih kuat.

Para pakar berujar, situasi seperti itu berarti terlalu dini bagi India untuk merayakannya.

"Kita tidak boleh membiarkan kewaspadaan kami lengah," kata Singh.

"Semakin lama kita membiarkan virus menyebar ke mana pun, semakin tinggi risiko variannya, Risiko ini nyata, secara global."

https://www.kompas.com/global/read/2021/02/06/084004170/kasus-covid-19-di-india-bisa-turun-drastis-ini-dugaan-penyebabnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke