Pesawat luar angkasa Hayabusa-2 melontarkan kapsul kecil tersebut ke atmosfer Bumi pada hari Sabtu (05/12/20). Kapsul ini berisi sampel dari asteroid yang jauh.
Kapsul membuka parasut untuk memperlambat jatuhnya pada jarak 10 kilometer (6 mil) di atas permukaan tanah. Sinyal suar lalu dikirim untuk menunjukkan lokasinya yang jatuh di daerah berpenduduk jarang di Woomera di Australia selatan.
Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang, atau JAXA, mengemukakan tim pencari helikopternya menemukan kapsul itu di area pendaratan yang direncanakan sekitar dua jam setelah masuk atmosfer Bumi.
Pengambilan kapsul berbentuk panci, dengan diameter sekitar 40 sentimeter (15 inci), diselesaikan dua jam setelahnya.
"Pekerjaan pengumpulan kapsul di lokasi pendaratan telah selesai," kata badan tersebut dalam tweet. “Kami banyak berlatih untuk hari ini ... berakhir dengan aman.”
Kapsul itu kembali beberapa minggu setelah pesawat luar angkasa OSIRIS-REx NASA berhasil mengambil sampel permukaan dari asteroid Bennu.
Sementara itu China pekan lalu mengumumkan bahwa pendarat bulannya telah mengumpulkan sampel bawah tanah dan menyegelnya di dalam pesawat ruang angkasa untuk kemudian kembali ke Bumi.
Thomas Zurbuchen, astrofisikawan Swiss-Amerika dan administrator terkait Direktorat Misi Sains NASA, mengucapkan selamat kepada badan antariksa Jepang. Termasuk semua pihak di Jepang yang terlibat dalam misi ini.
Bola api bisa dilihat bahkan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional.
“Baru saja melihat #hayabusa2 dari #ISS! Sayangnya tidak cukup terang untuk kamera genggam, tapi senang menonton kapsul!,” kata Astronot Jepang, Soichi Noguchi, yang sekarang menjalankan misi enam bulan di sana dalam unggahan twitternya.
Hayabusa-2 meninggalkan asteroid Ryugu, sekitar 300 juta kilometer (180 juta mil) jauhnya, setahun yang lalu. Setelah merilis kapsul pada hari Sabtu, ia memulai ekspedisi baru ke asteroid lain yang jauh.
Kapsul tersebut diturunkan dari jarak 220.000 kilometer (136.700 mil) setelah terpisah dari Hayabusa-2 dalam operasi menantang yang membutuhkan kontrol presisi.
Pejabat JAXA mengatakan mereka berharap untuk melakukan pemeriksaan keamanan awal di laboratorium Australia dan segera membawa kapsul kembali ke Jepang.
Lusinan staf JAXA telah bekerja di Woomera untuk mempersiapkan pengembalian sampel. Mereka memasang antena parabola di beberapa lokasi di area target di dalam lapangan uji Angkatan Udara Australia untuk menerima sinyal.
Pakar batuan luar angkasa Universitas Nasional Australia Trevor Ireland, yang berada di Woomera untuk kedatangan kapsul tersebut, menyampaikan bahwa diperkirakan sampel Ryugu serupa dengan meteorit yang jatuh di Australia dekat Murchison di negara bagian Victoria, lebih dari 50 tahun silam.
"Meteorit Murchison membuka wawasan tentang asal usul bahan organik di Bumi karena batuan ini ditemukan mengandung asam amino sederhana serta air yang melimpah," kata Ireland.
"Kami akan memeriksa apakah Ryugu merupakan sumber potensial bahan organik dan air di Bumi saat tata surya terbentuk, dan apakah ini masih utuh di asteroid," terangnya.
Para ilmuwan menyampaikan mereka yakin sampel, terutama yang diambil dari bawah permukaan asteroid, mengandung data berharga yang tidak terpengaruh oleh radiasi ruang angkasa dan faktor lingkungan lainnya.
Mereka sangat tertarik untuk menganalisis bahan organik dalam sampel.
JAXA berharap dapat menemukan petunjuk tentang bagaimana unsur material didistribusikan di tata surya dan terkait dengan kehidupan di Bumi.
Makoto Yoshikawa, manajer misi proyek Hayabusa2, mengatakan 0,1 gram debu akan cukup untuk melakukan semua penelitian yang direncanakan.
Bagi Hayabusa-2, ini bukanlah akhir dari misi yang dimulai pada tahun 2014. Pesawat luar angkasa itu sekarang menuju asteroid kecil bernama 1998KY26 dalam perjalanan yang dijadwalkan memakan waktu 10 tahun.
Misi ini dilakukan untuk meneliti kemungkinan menemukan cara mencegah meteorit menghantam Bumi.
Sejauh ini, misinya telah berhasil sepenuhnya. Hayabusa-2 mendarat dua kali di Ryugu meskipun permukaan asteroid sangat berbatu, dan berhasil mengumpulkan data dan sampel selama 1,5 tahun yang dihabiskannya di sekitar Ryugu setelah tiba di sana pada Juni 2018.
Dalam pendaratan pertamanya pada Februari 2019, ia mengumpulkan sampel debu permukaan asteroid.
Dalam misi yang lebih menantang pada Juli tahun, ia mengumpulkan sampel bawah tanah dari asteroid untuk pertama kalinya dalam sejarah antariksa, setelah mendarat di kawah yang dibuatnya sebelumnya dengan meledakkan permukaan asteroid.
Asteroid, yang mengorbit matahari tetapi jauh lebih kecil dari planet, adalah salah satu objek tertua di tata surya. Oleh karena itu, benda langit ini dapat membantu menjelaskan bagaimana Bumi berevolusi.
Ryugu dalam bahasa Jepang berarti "Istana Naga", nama kastil dasar laut dalam dongeng rakyat Jepang.
https://www.kompas.com/global/read/2020/12/07/162818370/sampai-di-bumi-sampel-asteroid-dari-hayabusa-2-akan-diteliti-di-jepang