Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kontroversi Kartun Nabi Muhammad Semakin Panas, PBB Desak Semua Negara Saling Menghormati

NEW YORK, KOMPAS.com - Kepala badan anti-ekstremisme PBB, Miguel Angel Moratinos, telah menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas ketegangan yang meningkat dari kontroversi kartun Nabi Muhammad.

Moratinos mendesak untuk memiliki "rasa saling menghormati" antara pihak yang berbeda agama dan pandangan politik.

Moratinos yang memimpin Aliansi Peradaban PBB menyampaikan hal itu pada Rabu (28/10/2020), sebagai respons kemarahan yang meningkat di dunia Muslim karena pernyataan Pemerintah Perancis terhadap kasus pemenggalan kepala seorang guru sekolah menengah di Perancis. 

Peristiwa itu terjadi setelah guru tersebut diketahui memperlihatkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya, sebagai bagian dari pelajaran tentang kebebasan berbicara di kelasnya. 

Presiden Emmanuel Macron dengan keras membela penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad atas dasar kebebasan berbicara, memicu protes marah di seluruh dunia Muslim, dan kampanye untuk memboikot produk Perancis.

"Kartun itu juga memprovokasi tindakan kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa yang diserang karena agama, kepercayaan, atau etnis mereka," kata Moratinos, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (29/10/2020), tidak secara eksplisit merujuk pada pembelaan Macron atas kartun itu.

“Penghinaan agama dan simbol-simbol suci agama memicu kebencian serta kekerasan ekstrem yang mengarah pada polarisasi dan fragmentasi masyarakat,” ujar Moratinor memperingatkan.

Pernyataan tersebut memberikan arti untuk kebebasan beragama dan kebebasan berekspresi, sebagai "hak yang saling bergantung, saling terkait, dan saling menegakkan kembali", yang berakar dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

"Menjunjung tinggi dan melindungi hak-hak fundamental ini adalah tanggung jawab utama semua negara anggota," terangnya dalam pernyataan itu.

Banyak aktivis yang mengkritik Perancis karena menyerang simbol-simbol suci minoritas atas nama kebebasan berbicara.

Dunia Muslim berang

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengkritik Macron, dengan mengatakan bahwa pemimpin Perancis itu membutuhkan "pemeriksaan mental" atas sikapnya terhadap Islam.

Pejabat tinggi di dunia Muslim telah mengutuk Perancis dan Macron, termasuk Pakistan, Malaysia, Arab Saudi dan Iran. Sementara puluhan ribu orang melakukan aksi protes di Bangladesh yang menyerukan pemboikotan barang-barang Perancis.

Ketegangan semakin memanas pada Rabu (28/10/2020), setelah majalah satir Perancis, Charlie Hebdo, menerbitkan karikatur baru yang menggambarkan Erdogan.

Sebagai tanggapan, presiden Turki mengancam akan menuntut majalah tersebut.

Di tengah pertikaian yang meningkat, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menulis surat pada Rabu (28/10/2020) kepada para pemimpin negara mayoritas Muslim, yang meminta mereka "untuk bertindak secara kolektif untuk melawan Islamofobia yang berkembang di negara-negara non-Muslim".

Khan mengatakan para pemimpin negara-negara non-Muslim tidak memahami "cinta dan ketaatan yang dimiliki Muslim di seluruh dunia untuk Nabi mereka dan kitab suci mereka, Al-Quran".

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyebut pembelaan presiden Perancis terhadap kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad sebagai "tindakan bodoh" dan "penghinaan" bagi mereka yang memilihnya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/29/221343970/kontroversi-kartun-nabi-muhammad-semakin-panas-pbb-desak-semua-negara

Terkini Lainnya

Alasan Kenapa Trump Tetap Bisa Maju ke Pilpres AS 2024 Andaikan Dipenjara

Alasan Kenapa Trump Tetap Bisa Maju ke Pilpres AS 2024 Andaikan Dipenjara

Global
Memanas, Korea Selatan Berencana Setop Perjanjian Militer Buntut Korea Utara Kirim Balon Sampah

Memanas, Korea Selatan Berencana Setop Perjanjian Militer Buntut Korea Utara Kirim Balon Sampah

Global
Kisah Collier Landry, Bocah 11 Tahun yang Yakinkan Detektif bahwa Ayahnya Membunuh Ibunya

Kisah Collier Landry, Bocah 11 Tahun yang Yakinkan Detektif bahwa Ayahnya Membunuh Ibunya

Global
Sri Lanka: 455 Orang Ditipu untuk Berperang bersama Rusia di Ukraina

Sri Lanka: 455 Orang Ditipu untuk Berperang bersama Rusia di Ukraina

Global
Israel Masih Gempur Rafah hingga Khan Younis, Korban Terus Berjatuhan

Israel Masih Gempur Rafah hingga Khan Younis, Korban Terus Berjatuhan

Global
Kisah Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan, Tinggal Bersama dan Punya 10 Anak

Kisah Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan, Tinggal Bersama dan Punya 10 Anak

Global
Rangkuman Hari Ke-830 Serangan Rusia ke Ukraina: Belgorod dan Kursk Diserang | Pemakaman Relawan Medis

Rangkuman Hari Ke-830 Serangan Rusia ke Ukraina: Belgorod dan Kursk Diserang | Pemakaman Relawan Medis

Global
Ukraina Serang Belgorod dan Kursk, 2 Wilayah di Perbatasan Rusia

Ukraina Serang Belgorod dan Kursk, 2 Wilayah di Perbatasan Rusia

Global
4 Tantangan Besar Ini Menanti Presiden Baru Meksiko

4 Tantangan Besar Ini Menanti Presiden Baru Meksiko

Global
Tak Bisa Temukan Susu, Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung ke Sang Buah Hati...

Tak Bisa Temukan Susu, Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung ke Sang Buah Hati...

Global
Apa Dampak Ukraina Diizinkan Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia?

Apa Dampak Ukraina Diizinkan Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia?

Internasional
3 Orang Berpelukan Sebelum Tersapu Banjir Bandang di Italia, 2 Ditemukan Tewas

3 Orang Berpelukan Sebelum Tersapu Banjir Bandang di Italia, 2 Ditemukan Tewas

Global
Perang Ukraina Jadi Peluang Besar bagi AS untuk Rekrut Mata-mata Rusia

Perang Ukraina Jadi Peluang Besar bagi AS untuk Rekrut Mata-mata Rusia

Internasional
Presiden Ukraina Bertemu Menhan AS Saat Hadiri Forum Keamanan di Singapura

Presiden Ukraina Bertemu Menhan AS Saat Hadiri Forum Keamanan di Singapura

Global
Ajudan Netanyahu Bocorkan Sikap Israel soal Usulan Gencatan Senjata Baru yang Diumumkan BidenĀ 

Ajudan Netanyahu Bocorkan Sikap Israel soal Usulan Gencatan Senjata Baru yang Diumumkan BidenĀ 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke