Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Beberapa Alasan Kasus Covid-19 di India Lampaui 2 Juta

NEW DELHI, KOMPAS.com - India telah mencatat kasus infeksi Covid-19 lebih dari 2 juta, muncul beberapa spekulasi para ahli mengenai penyebab lonjakan kasus tersebut.

Melansir BBC pada Jumat (7/8/2020), jumlah kasus Covid-19 India melampaui 2 juta, setelah adanya penambahan 62.170 kasus dalam waktu 24 jam terakhir atau satu juta kasus hanya dalam 20 hari, lebih cepat dari AS atau Brasil, yang keduanya memiliki jumlah kasus yang lebih tinggi.

Jika mengingat populasi India yang padat, mungkin jumlah kasus yang terjadi tidak mengejutkan. Namun, para ahli mengatakan virus itu bisa diperlambat.

Para ahli menyalahkan lockdown yang singkat, pengujian dan penelusuran yang tidak merata, serta protokol keamanan Covid-19 yang tidak efektif.

Bahkan saat daerah yang semula menjadi pusat penyebaran Covid-19 telah membaik, seperti Delhi, Tamil Nadu, dan Maharashtra, kasus melonjak di wilayah lain.

"Kami telah melihat cukup banyak orang yang melakukan perjalanan antara daerah pedesaan dan perkotaan, serta kami melihat virus sekarang memasuki daerah pedesaan dan menyebar di sana," kata Dr Srinath Reddy, presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India dan penasihat untuk federal serta pemerintah negara bagian dalam mengatasi Covid-19.

Lockdown dan efek pelonggaran

Dilaporkan jumlah kasus virus corona di India meningkat semenjak India melakukan pembukaan kembali kegiatan normal masyarakatnya pada Juni lalu, dan secara bersamaan pengujian virus corona juga ditingkatkan.

Pada saat itulah, orang-orang mulai melakukan perjalanan berpergian kembali dengan melintasi daerah, negara bagian, yang mungkin sambil membawa virus corona.

Dr Reddy mengatakan penyebaran di daerah pedesaan relatif lebih lambat karena ada "lebih banyak ruang terbuka, Anda menempuh jarak yang lebih jauh" antar rumah ke rumah.

Namun, ia memperkirakan virus tersebut pasti telah menyebar juga di pedesaan India, seperti yang dapat dilihat dari fakta bahwa kasus meningkat paling cepat di negara bagian selatan Andhra Pradesh yang merupakan daerah pedesaan.

Sementara, kota di India yang menjadi pusat awal penyebaran virus corona ada di Delhi, Mumbai dan Chennai.

"Ini adalah virus yang datang ke India melalui penerbangan internasional, yang masuk ke kota-kota seperti Delhi dan Mumbai," kata ahli virus Shahid Jameel.

Namun, "karena lockdown yang singkat", tambahnya, para migran membawa virus corona dari kota ke desa.

Delapan dari 20 distrik yang melaporkan kasus virus corona tertinggi di India sekarang berasal dari Andhra Pradesh, yang mayoritas pedesaan.

Negara bagian telah melesat ke tempat ketiga dalam penghitungan nasional. Dalam sepekan terakhir, jumlah kasus di negara bagian naik rata-rata 7,8 persen, hampir dua kali lipat dari rata-rata nasional 3,4 persen.

Pengujian Covid-19

"Ketika Anda menemukan banyak kasus dan tingkat kematian tetap rendah, ada perasaan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dari virus," kata Dr Reddy.

Tingkat kematian akibat virus corona ini relatif rendah di seluruh India, meskipun pemerintah telah dituduh mengurangi jumlah kematian akibat Covid-19.

Di Andhra Pradesh, kata Dr Reddy, negara bagian melakukan pekerjaan yang baik dalam menguji Covid-19, melacak dan bahkan mengisolasi pasien yang dicurigai terinfeksi virus corona.

Pejabat distrik melakukan pengawasan suhu tubuh secara luas dan merekrut sukarelawan komunitas untuk menegakkan aturan karantina dan langkah-langkah keamanan dalam mengahadapi Covid-19.

Namun, langkah mitigasi tersebut tidak dapat menanggulangi penyebaran virus corona ketika aktivitas ekonomi dibuka kembali.

Dr M Mallik, petugas kesehatan distrik Godavari Timur, mengatakan bahwa setelah lockdown dilonggarkan, orang-orang berkumpul untuk pesta, pernikahan, perayaan ulang tahun. Aturan Covid-19 tidak diikuti.

"Bagaimana pihak berwenang menghentikan mereka? Berapa banyak orang yang bisa dituntut karena mengabaikan tanggung jawab mereka?" ujar Dr Mallik kepada BBC Telugu.

Standar kebijakan

Ahli virologi Dr Shahid Jameel mengatakan kebijakan startegis secara nasional dalam menangani Covid-19 memiliki kekurangan.

"Pengujian di bawah standar dan variabel nasional. Penelusuran tidak merata dan isolasi tidak diikuti secara efektif," ujar Dr Jameel.

Di lain sisi, sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap aturan Covid-19 menjadi pemicu lain dari penyebaran virus corona yang tinggi.

"Sikap masyarakat terhadap wabah, seperti hidup bisa berjalan seperti biasa," ucapnya

Dia mengatakan sikap angkuh ini mendorong masyarakat untuk cuek melakukan pertemuan langsung, tidak menggunakan masker atau memakai masker tapi hanya menutupi area mulut.

Pihak pemangku kebijakan sekela Perdana Menteri Narendra Modi juga terlihat melanggar aturan yang diberlakukan.

Pada pekan ini di sebuah upacara peletakan batu fondasi untuk sebuah kuil dia berkumpul dengan tamu sekitar 300 orang.

Sementara, di luar kuil juga telah berkumpul orang-orang dengan berdekatan di jalan-jalan dan di atas atap untuk menonton siaran di televisi atau melihatnya sekilas secara langsung.

"Semua ini memberi tahu negara bahwa semuanya baik-baik saja, tetapi angka-angka kasus tidak mengatakan demikian," kata Dr Jameel.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/07/223308870/ini-beberapa-alasan-kasus-covid-19-di-india-lampaui-2-juta

Terkini Lainnya

Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Global
Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke