Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

'Penarikan 9.500 Pasukan AS Mengkhawatirkan Aliansi NATO'

KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan bahwa ditariknya pasukan AS dari Jerman tidak akan merusak hubungan kedua negara, tapi hal itu mengkhawatirkan bagi Aliansi NATO secara keseluruhan.

Menhan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer berpendapat bahwa ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menarik sekitar 9.500 pasukannya dari Jerman bulan lalu tidak akan merusak hubungan antara kedua negara, namun rencana penarikan akan memicu perdebatan di antara negara-negara aliansi NATO.

"Jika mereka (pasukan) tetap di Eropa, maka ini tetap merupakan komitmen terhadap NATO. Tetapi jika mereka akan ditempatkan di kawasan Indo-Pasifik, maka itu akan menandakan adanya perubahan pada strategi AS, yang kemudian akan memicu perdebatan di dalam NATO," ujar Kramp-Karrenbauer pada Rabu (22/07).

Pada Juni lalu, Presiden AS Donald Trump menyetujui penarikan lebih dari seperempat pasukannya dari Jerman, dengan mengatakan langkah tersebut akan membantu meningkatkan keamanan di Eropa.

Rencana ini akan "meningkatkan pencegahan Rusia“, memperkuat NATO, dan meningkatkan kepercayaan negara sekutu terutama yang berada di wilayah Eropa, ujar juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman dalam sebuah pernyataan.

Anggaran belanja NATO

Sebelum bicara soal rencana penarikan, pemerintahan Trump mendesak Berlin untuk membelanjakan lebih banyak anggaran pertahanannya sebesar 2 persen dari produk domestik bruto (GDP) seperti yang disyaratkan negara-negara aliansi NATO.

Karena gagal memenuhi syarat tersebut, Trump mengancam menarik hampir 10.000 dari 34.500 pasukan AS yang ada di Jerman saat ini sebagai sanksi atas hal tersebut.

Pada 2014, negara-negara aliansi NATO sepakat untuk meningkatkan belanja pertahanan menjadi 2 persen dari total GDP pada 2024.

Jerman saat ini masih jauh dari target itu, yakni berkisar di 1,3 persen. Sebelumnya, Kramp-Karrenbauer berpendapat bahwa komitmen untuk aliansi militer NATO tidak cukup hanya diukur dari GDP suatu negara untuk belanja pertahanan saja.

Negosiasi proyek Nord Stream 2

Ada pun terkait keputusan untuk menegosiasikan proyek pipa gas Nord Stream 2 yang disengketakan, Kramp-Karrenabauer juga mendukung.

Namun, dia memperingatkan bahwa sanksi yang diancam AS akan bertentangan dengan hukum internasional.

"Ketika menyangkut ancaman sanksi AS, kami di pemerintahan Jerman memiliki posisi yang jelas bahwa ini tidak sesuai dengan hukum internasional," kata Menhan Jerman itu.

Pipa yang akan mengalirkan gas alam dari Rusia melalui Laut Baltik ke Jerman, menjadi bukti adanya masalah pelik dalam hubungan trans-Atlantik.

AS mengkritik proyek ini, di mana pekan lalu Trump memperingatkan bahwa perusahaan yang terlibat dalam proyek ini akan menerima sanksi AS jika mereka tidak menghentikan pekerjaan mereka.

AS, bersama dengan sejumlah negara Eropa Timur, berpendapat bahwa pipa gas ini akan meningkatkan ketergantungan Uni Eropa terhadap sumber daya alam Rusia.

Sementara itu, Uni Eropa telah memperingatkan AS untuk tidak menjatuhkan sanksi, namun membahas masalah ini laiknya sekutu. Hal tersebut diamini Kramp-Karrenbauer.

"Nord Stream 2 adalah proyek yang juga sedang diperdebatkan di antara Uni Eropa, serta negara-negara anggota NATO," kata Kramp-Karrenbauer.

"Ada kekhawatiran bahwa Jerman bisa menjadi terlalu bergantung pada gas Rusia, kekhawatiran yang dapat kami redam. Tetapi ini juga tentang kekhawatiran dan kepentingan sah Ukraina dan Polandia, yang harus dinegosiasikan ke dalam kontrak."

Sementara itu pada Rabu (22/7/2020), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo melakukan perjalanan ke Denmark di mana proyek pipa gas Nord Stream 2 diperkirakan akan menjadi agenda dalam pembicaraannya dengan Perdana Menteri Mette Frederiksen dan Menteri Luar Negeri Jeppe Kofod.

Pada Oktober tahun lalu, Denmark telah mengizinkan jalur pipa gas Nord Stream 2 melintas di wilayahnya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/23/201624070/penarikan-9500-pasukan-as-mengkhawatirkan-aliansi-nato

Terkini Lainnya

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke