Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wabah Pes Dikonfirmasi Terjadi di Inner Mongolia

Melansir CNN pada Selasa (7/7/2020), menyebutkan kasus wabah pes pertama kali ditemukan di kota Bayannur, yang terletak di barat laut Beijing.

Ada seorang penggembala di utara Inner Mongolia dan kakak-beradik di Provinsi Khovd, berdekatan dengan Mongolia, yang jatuh sakit dan dicurigai terserang wabah pes (bubonic plague).

Pada Sabtu (4/7/2020), rumah sakit yang menangani pasien itu memberitahu pemerintah kota tentang kecurigaan mereka terhadap kemunculan wabah pes.

Kemudian pada Selasa (7/7/2020), kasus ini dikonfirmasi secara resmi sebagai wabah pes oleh dokter.

Xinhua mengabarkan, pasien saat ini diisolasi dan dirawat di rumah sakit serta dalam kondisi stabil.

Wabah pes disebabkan oleh bakteri dan ditularkan melalui gigitan kutu dan hewan yang terinfeksi.

Wabah itu telah menyebabkan pandemi paling mematikan di Abad Pertengahan, yang disebut "Black Death".

Pada saat itu, wabah pes menewaskan sekitar 50 juta orang di Eropa. Antibiotik modern dapat mencegah komplikasi dan kematian jika diberikan dengan takaran yang tepat.

Wabah pes ini memiliki gejala pembengkakan kelenjar getah bening, demam, kedinginan, dan batuk.

Pemerintah China bertindak cepat pada Minggu (5/7/2020) dengan mengeluarkan peringatan siaga 3 di seluruh kota untuk pencegahan wabah dan peringatan itu akan berlangsung sampai akhir tahun.

Otoritas Inner Mongolia juga telah melarang masyarakatnya berburu dan mengonsumsi tikus besar. Selain itu, pihak otoritas juga meminta untuk melaporkan setiap kasus yang dicurigai, termasuk setiap marmut yang sakit atau mati.

Melansir Sky News pada Selasa (7/7/2020), China telah berusaha memberantas sebagian besar wabah pes, tetapi beberapa kasus masih muncul, terutama di kalangan pemburu yang bersentuhan dengan kutu yang membawa bakteri.

Menurut catatan, wabah pes besar terakhir terjadi pada 2009, ketika beberapa orang meninggal di kota Ziketan di provinsi Qinghai di Dataran Tinggi Tibet.

Kekhawatiran atas wabah pes di perbatasan China telah muncul selama pandemi Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China, pada akhir tahun lalu.

Ada pun China belum melaporkan angka kematian akibat wabah pes di sana.

Sementara itu, Rusia mengirimkan petugas patroli untuk menghentikan orang-orang berburu marmut di dekat perbatasan China dan Mongolia, setelah China mengabarkan ada penduduk di perbatasan yang terkena pes yang dikhawatirkan dapat mewabah di Rusia.

Dilaporkan dari Sky News pada Selasa (7/7/2020), pihak berwenang di wilayah Altai, Rusia, yang berbatasan dengan Kazakhstan, China dan Mongolia, telah memberikan peringatan kepada penduduk daerah setempat terkait kemunculan virus pes dan marmut sebagai media penyebarannya.

Pes ini memiliki tingkat kematian sampai 90 persen, jika orang yang terinfeksi tidak segera ditangani dengan diberikan beberapa jenis antibiotik.

Sementara itu, Juru bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris mengatakan pihaknya terus memantau perkembangan wabah pes di China.

"Kami memantau wabah di China, kami mengawasi dengan saksama dan bekerja sama dengan pemerintah China dan pemerintah Mongolia," ujar Harris.

Namun menurutnya, "Saat ini kami tidak menganggapnya berisiko tinggi, tetapi kami mengawasinya dengan cermat."

Kasus wabah pes sering terjadi di China, meski pun semakin langka. Ia berkata, "Wabah pes sudah dikelola dengan baik."

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/09/181900570/wabah-pes-dikonfirmasi-terjadi-di-inner-mongolia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke