Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kelangkaan Air Jadi Tantangan Sistem Kesehatan Zimbabwe Hadapi Virus Corona

HARARE, KOMPAS.com - Di Chitungwiza, sebuah kota berpenduduk setengah juta orang di Harare Selatan, terlihat beberapa wanita menunggu pada pompa air dan kaleng-kaleng besar. kekhawatiran akan ancaman virus corona tampak pada raut wajah mereka.

Salah satu wanita itu berkata bahwa mereka harus berbulan-bulan hidup tanpa air mengalir. Dia sangat khawatir setelah di Zimbabwe terdapat dua kasus infeksi virus corona.

Zimbabwe, adalah negara yang sudah tertatih-tatih di tepi jurang perekonomian. Warga lainnya, George Mangava ragu negaranya akan siap mengurangi lonjakan kasus wabah tersebut. 

Dia mengaku bahwa sebagai warga Chitungwiza, perhatian utama mereka dari kekhawatiran adalah kebutuhan mereka pada air.

Kekurangan air tentu memiliki banyak dampak. Terutama soal makanan dan kebersihan. Sejak wabah virus corona terjadi pertama kali di China, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggaungkan pentingnya cuci tangan secara menyeluruh dan rutin agar dapat menghindar dari penularan virus tersebut.

Namun sepertinya hal itu sangat sulit dilakukan di Zimbabwe. Negara itu telah bertekuk lutut dalam dua dekade terjadinya kesalahan aturan ekonomi, infrastruktur dasar yang gagal dan punahnya semua layanan kesehatan.

Klinik setempat di sana bahkan tidak memiliki paracetamol. Padahal, paracetamol termasuk obat bebas yang paling umum dan mestinya mudah didapatkan.

Para petugas medis di Zimbabwe juga pesimis akan keselamatan mereka dari virus corona. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Dokter untuk HAM Zimbabwe, Norman Matara, sistem di Zimbabwe terlalu padat dan tidak memadai untuk menangani wabah seperti virus corona.

Pada Jumat (20/03/2020), Zimbabwe mengumumkan kasus COVID-19 pertamanya di Victoria Falls, sebuah kota resor. Disusul pada Sabtu (21/03/2020) di ibukota Harare, satu kasus infeksi virus corona.

"Saya hanya tidak tahu bagaimana kami akan bertahan hidup jika penyakit ini menyerang kami dan jika toko-toko dan pasar tutup," kata Nettie Moyo, seorang warga Chitungwiza.

"Hidup sudah sulit akhir-akhir ini. Tidak ada uang. Bagaimana kami akan memberi makan anak-anak kami?"

Ketakutan itu juga dimiliki oleh sesama penduduk desa Moyo. "Kami sama sekali tidak siap karena kami bahkan tidak mengetahui bagaimana penyakit ini menyebar," kata warga bernama Muzvare Kawocha.

"Belum ada penyebaran informasi dari rumah ke rumah mengenai penyakit ini. Beberapa dari kami tidak memiliki televisi sehingga kami hanya mengandalkan desas-desus untuk informasi tentang penyakit ini," tambah Kawocha.

Nkululeko Sibanda, salah satu juru bicara oposisi terbesar, Gerakan untuk Perubahan Demokratik (MDC), menyerukan penguncian atau lockdown untuk menahan penyebaran.

Dia memperingatkan bahwa jika virus mencapai antrian bensin dan bus yang ramai di negara itu, "kami akan tewas dalam jumlah korban yang tinggi".

Di kotamadya Chitungwiza, petugas kota Tonderai Kasu, seorang dokter menegaskan bahwa timnya sibuk mendidik masyarakat tentang virus tersebut.

"Kami melakukan pengawasan dan pemantauan di masyarakat dan kami juga melakukan kegiatan penyadaran. Jika kami mendapatkan dugaan kasus di Chitungwiza, prosedurnya adalah membawa ambulans ke rumah sakit Wilkins di Harare," jelasnya.

Masalahnya adalah hanya ada dua ambulans yang tersedia dan keduanya sudah sangat tua.

Untuk memerangi penyebaran virus, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa mengumumkan keadaan darurat minggu ini sekaligus mengumumkan penutupan semua sekolah.

"Dengan kasus AIDS mencapai 14 persen dan kasus kekurangan gizi, kami sangat khawatir," katanya.

Ancaman wabah yang meningkat membuatnya melarang anggota pemerintah bepergian. "Saya hanya akan pergi kalau perlu, jika memang benar-benar tidak bisa dihindari," kata Mnangagwa.

Namun sang presiden tampaknya melakukan sikap yang kontradiktif terhadap ucapannya sendiri.

Beberapa hari setelah pernyataannya, dia terbang ke Namibia untuk upacara pengambilan sumpah presiden Namibia Hage Geingob di Windhoek pada Sabtu (21/03/2020).

https://www.kompas.com/global/read/2020/03/22/184912670/kelangkaan-air-jadi-tantangan-sistem-kesehatan-zimbabwe-hadapi-virus

Terkini Lainnya

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke