Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rusia-Turki Sepakati Gencatan Senjata di Idlib

MOSKWA, KOMPAS.com - Gencatan senjata di Idlib, Suriah disetujui Rusia dan Turki pada Jumat (06/03/2020).

Gencatan itu bertujuan untuk mengurangi tensi pertarungan yang menimbulkan kehancuran dalam kemanusiaan juga meningkatkan rasa takut akan perselisihan tentara mereka.

Keputusan itu dilakukan oleh presiden Rusia, Vladimir Putin dengan presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan setelah kekerasan meningkat di Idlib, wilayah Barat Laut Suriah.

Hampir satu juta warga sipil pergi meninggalkan rumah mereka akibat puluhan tentara Turki tewas.

Putin dan Erdogan menyepakati gencatan senjata sejak tengah malam pada Jumat setelah lebih dari enam jam diskusi di Moskwa.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengungkapkan harapannya terkait kesepakatan ini. Dia berharap perjanjian itu akan memandu ke jalan akhir perseteruan dan memastikan perlindungan terhadap warga sipil di Barat Laut Suriah.

Observatorium HAM Suriah melakukan pemantauan terhadap laporan bom yang terjadi beberapa menit sebelum tengah malam. Dia mengatakan wilayah Idlib cukup tenang setelah gencatan senjata diberlakukan.

Sedangkan Observatorium Pengamat Inggris ikut mengomentari terkait serangan udara Rusia dan Suriah.

Menurut mereka, "Terdapat tembakan artileri oleh pasukan rezim Suriah ke pihak pemberontak di daerah-daerah yang dikontrol para militan itu seperti beberapa bagian di Aleppo dan Hama, yang berbatasan dengan Idlib."

Situasi di Idlib, kubu pemberontak terakhir dalam perang saudara sembilan tahun di Suriah, telah menjadi kritis ketika Ankara untuk pertama kalinya melancarkan serangan langsung terhadap pasukan Presiden Bashar al-Assad.

Sebelumnya, Putin meminta konferensi pers bersama Turki yang mengatakan isi perjanjian berbunyi, "sebagai dasar yang baik untuk mengakhiri peperangan di Idlib."

Erdogan entah mengapa malah menambahkan bahwa Turki berhak membalas dengan segala kekuatannya terhadap serangan yang dilakukan Damaskus.

Perjanjian juga menciptakan koridor keamanan sepanjang M4 di Barat Laut Suriah, di mana angkatan bersenjata Turki dan Rusia akan melangsungkan patroli bersama pada 15 Maret mendatang.

Dilaporkan dari sumber diplomatik kepada AFP, Rusia telah meminta pertemuan tertutup dengan Dewan Keamanan PBB pada Jumat (06/03/2020) untuk mengurangi anggota-anggota dalam perjanjian.

"Saya pikir ini tidak akan bertahan lama," ungkap Mouawiya Agha, warga asli Sarmin bagian selatan provinsi Idlib.

"Perjanjian ini akan berakhir seperti sebelum-sebelumnya," ungkap ayah dari empat anak ini. Perjanjian sebelum yang dimaksud adalah pengurangan serangan di Idlib yang disepakati di Sochi, pada 2018 silam.

Turki telah lama mendukung kelompok-kelompok pemberontak tertentu terhadap Assad.
Namun kini prioritasnya adalah untuk menghentikan masuknya pengungsi di antara mereka yang melarikan diri dari serangan yang dilancarkan rezim terhadap Idlib sejak Desember.

Ankara menuntut Uni Eropa untuk mendukung tindakannya di Suriah dan pekan lalu membuka perbatasannya dengan anggota UE, Yunani, bagi para imigran.

Hal itu merupakan sebuah langkah yang dikecam oleh beberapa orang di blok itu dan mengatakannya sebagai 'pemerasan'.

Menjelang pembicaraan hari Kamis, Rusia dan Turki telah saling menuduh telah melanggar kesepakatan.

Turki secara resmi mendeklarasikan operasi terhadap pemerintah Assad pada akhir pekan, setelah 34 tentara Turki tewas dalam serangan udara yang dituduhkan kepada Damaskus.

Sejak itu, tiga pesawat tempur Suriah jatuh dan menewaskan puluhan tentara dan pejuang sekutu.

Sementara itu, dua tentara Turki tewas oleh tembakan rezim Suriah di Idlib, sebagaimana diungkapkan kementerian pertahanan, hanya beberapa jam sebelum gencatan senjata diberlakukan.

Kementerian pertahanan Turki mengatakan pada Jumat (06/03/20200, pesawat tak berawak Turki "menetralisir" 21 pasukan rezim Assad sebagai pembalasan bagi para prajurit Turki yang tewas.

Kesepakatan yang dilakukan pada akhirnya menelantarkan nasib pos-pos pengamatan Turki di Idlib, yang telah dikepung sejak Damaskus meluncurkan serangan.

Tapi hal itu juga menandai pertama kalinya pasukan Rusia dan Turki akan beroperasi bersama di Idlib.

Koridor keamanan di sepanjang M4, yang menghubungkan kota kedua Aleppo ke pantai melalui Idlib, akan berjalan enam kilometer jauh di utara dan selatan jalan raya.

Patroli gabungan Rusia-Turki akan beroperasi antara kota Tronba di Idlib dan sebuah desa di provinsi Latakia, di daerah kubu rezim Assad.

Erdogan memperingatkan Eropa pada Rabu (04/03/2020) bahwa mereka harus mendukung "solusi politik dan kemanusiaan Turki di Suriah" jika ingin menghindari terulangnya krisis migrasi 2015.

Ribuan imigran berkumpul di perbatasan Turki-Yunani sejak Erdogan memberi mereka lampu hijau untuk mencoba memasuki Eropa, yang akhirnya menyebabkan bentrok dengan polisi Yunani.

Turki menampung sekitar 3,6 juta pengungsi dari Suriah - dan ratusan ribu dari tempat lain. Langkah Erdogan telah memicu kekhawatiran di Eropa akan gelombang masuknya imigran baru.

https://www.kompas.com/global/read/2020/03/06/131411870/rusia-turki-sepakati-gencatan-senjata-di-idlib

Terkini Lainnya

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke