KOMPAS.com - Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi menjadi sosok kepala daerah terbaru yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kamis, (6/1/2022) KPK merilis 9 orang yang jadi tersangka dengan barang bukti sejumlah uang yang mencapai Rp 5,7 miliar.
Masih banyaknya kepala daerah yang tertangkap Operasi Tangkap Tangan (OTT) disoroti oleh Dosen Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Dr Abdul Aziz SR.
Dia menilai kepala daerah yang korupsi adalah kepala daerah yang bermental kemiskinan.
“Jadi hobinya meminta dan selalu ingin mengambil sesuatu yang bukan haknya, bukan miliknya,” ucapnya, dilansir dari rilis FISIP UB.
Baca juga: Ribuan ASN Dapat Bansos, Pakar UGM: Mentalitas Miskin Penyebab Salah Sasaran
Alumni program Doktor Universitas Indonesia juga menganggap mahalnya biaya Pilkada yang harus ditanggung kandidat juga menjadi salah satu alasan kenapa praktek korupsi masih terjadi.
“Setelah terpilih, setidaknya ada dua hal yang dilakukan kepala daerah. Pertama, mengembalikan modal, biasanya dengan merekayasa kebijakan dan program pembangunan daerah. Ada juga yang bekerja sama dengan pemilik modal (berkolusi) dan mengambil keuntungan di situ,” sambung Abdul Aziz.
Selain itu, kebanyakan para koruptor mengumpulkan uang untuk maju lagi pada periode berikut untuk diri sendiri serta keluarga dan untuk orang-orang yang selama proses pilkada berjasa kepadanya.
Penulis buku berjudul Ekonomi Politik Monopoli ini juga menganggap partai politik tidak sungguh-sungguh mencari dan mempromosikan kader atau orang-orang terbaik untuk posisi kepala daerah.
“Partai politik lebih bersandar pada kemampuan finansial dan tingkat popularitas seorang kandidat. Hampir tidak pernah melihat variabel kualitas dan rekam jejak seseorang. Banyak sekali kepala daerah dari sisi kualitas tidak layak. Bahkan tidak sedikit urakan,” ujarnya.
Baca juga: Kuliah Gratis dan Jadi ASN, Ini 13 Prodi IPDN dan Syarat
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.