Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Avida, Lulus S2 dari IPB dengan IPK 4

KOMPAS.com - Bisa lulus S2 dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University dengan IPK 4,0 tentu tak pernah terbayangkan.

Kisah ini dialami langsung R. Avida Shahnaz Nabilah. Ia adalah lulusan Prodi Magister Ilmu Biomedis Hewan IPB.

Avida sebelumnya adalah mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Hewan atau kini Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB. Lalu lanjut Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) FKH IPB dan kemudian lanjut S2. 

Anak nomor dua dari empat bersaudara ini mengatakan saat menjalani studinya tidak terlepas dari dukungan orang terdekat dan upaya sederhana yang konsisten dilakukan.

"Saya pribadi merasa untuk S2 ini saya diberi banyak kemudahan untuk hal ini karena saya sudah menabung doa lama sekali untuk kelancaran studi saya kemarin," kata dia kepada Kompas.com.

Secara umum Avida belajar secukupnya. Ia mengatakan seluruh tugas dikerjakan dengan baik. Tetapi tidak perlu ngotot untuk terus menjadi sempurna.

"Tidak perlu sempurna, jadi saya sesuaikan saja dengan kemampuan saya serta permintaan dosen. Selain itu seperti yang saya sebutkan sebelumnya, saya diberi rezeki berupa teman-teman yang baik. Kami bisa belajar bersama, sharing bersama," tambah wisudawan terbaik ini. 

Melanjutkan S2 sebetulnya butuh keberanian besar. Sebab dalam bayangan para mahasiswa, jenjang S2 sangatlah sulit dan melelahkan.

"Menurut saya ada beberapa hal yang harus diingat jika memiliki keinginan untuk melanjutkan studi. Yang pertama adalah tujuan. Jika kita tahu tujuan mengapa kita melanjutkan studi, maka kita tidak akan lost selama masa pembelajaran karena kita sudah mengetahui apa goals kita," kata dia.

Kedua, keinginan mau belajar kembali. Melanjutkan studi tentunya menuntut mahasiswa untuk membaca, menganalisis, berbagi pengalaman, dan mengasah skill.

Kata Avida, jika ada keinginan belajar yang kuat, maka studi S2 atau S3 pun bisa berjalan dengan menyenangkan dan tidak terasa berat.

"Anggap semua kesulitan menjadi tantangan untuk diri agar menjadi individu yang lebih baik. Terakhir, tentu saja berdoa," kata dia.

Dulu, selama 6 bulan pasca sumpah dokter hewan ia bercerita bahwa sempat menimbang-nimbang sambil berdoa apakah akan lanjut S2 atau tidak.

"Alhamdulillaah, karena rezeki saya adalah melanjutkan studi, maka dengan izin Allah, dimudahkan semuanya," tambahnya alumnus dari SMA Insan Cendekia Sukoharjo ini.

Avida juga menceritakan, awalnya dia berniat memilih Jurusan Psikologi. Namun lama-lama ia tertarik dengan Jurusan Kedokteran Hewan.

"Saya memang menyukai bidang patologi sejak S1 karena menurut saya patologi selalu bercerita mengenai perjalanan hidup dari suatu individu. Saat individu tersebut sakit, lalu bertahan dengan penyakitnya, hingga individu tersebut mati. Banyak mekanisme bagaimana suatu penyakit memengaruhi bagian-bagian tubuh tertentu. Sangat menarik," kata dia.

Karena itulah keputusan langsung S2 di IPB semakin bulat ketika prodi S2 Ilmu Biomedis Hewan juga memiliki sub peminatan patologi veteriner.

"Selain itu saya juga sudah mengetahui dosen-dosen saya yang dulu pernah mengajari saya selama sarjana dan koas, sehingga saya yakin bahwa saya akan mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat dan berharga dari guru-guru saya," tambahnya.

Selama mengerjakan tugas atau tesis S2, ia pun mengalami kesulitan. Sama dengan mahasiswa lainnya.

Tesis miliknya berjudul "Potensi Gastroprotektif Infusa Serai Wangi (Cymbopogon nardus) terhadap Gastritis pada Tikus Sprague Dawley".

"Saya sempat merasa overwhelmed dengan juggling beberapa hal dalam satu semester. Karena ada beberapa kegiatan yang saya ikuti. Namun itu saya alami di awal saja. Alhamdulillaah, karena setelah itu banyak kemudahan yang diberikan pada saya," kata dia.

Aktif menggambar, suka baca buku anak

Menjadi mahasiswa S2, bukan berarti waktu 24 jam habis untuk belajar. Avida sendiri ternyata juga bekerja sebagai ilustrator.

"Alhamdulillaah pesanan ada saat saya tidak terlalu sibuk. Saat saya sibuk, tidak ada pesanan. Tapi selalu saya sempatkan diri saya untuk menggambar karena itu hobi saya," kata perempuan yang suka membaca buku ini.

Membuat karya seni adalah cara Avida untuk refreshing di kala penat kuliah. "Open commission bagi saya hanya cara untuk menambah uang jajan saja," kata perempuan berusia 25 tahun ini.

Avida juga suka membaca buku anak-anak. Hobi membacanya ditularkan sang ibu. Kebetulan, dia suka membaca buku Roald Dahl, Asterix.

"Saya paling suka buku anak-anak. Karena ceritanya selalu menarik dan out of the box.
Saya suka hampir semua buku/cerita pendek oleh Roald Dahl, seri Anak-anak Bullerbyn dan Pippi Kaos Kaki Panjang-nya Astrid Lindgren, Ms. Wiz-nya Terence Blacker, dan lainnya," katanya.

Ke depan, ia tak hanya ingin kuliah S3. Avida juga berencana menjadi dosen. Kebetulan, ia sedang mencari beasiswa ke luar negeri.

"Sebenarnya belum ada secara spesifik. Namun saya kemarin sempat searching mengenai patologi veteriner di Australia. Saya masih terbuka untuk negara manapun, sih," pungkas dia.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/09/17/134956471/cerita-avida-lulus-s2-dari-ipb-dengan-ipk-4

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke