Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lulusan S2-S3 UGM Didominasi Perempuan, Ada yang Raih IPK 4

KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) belum lama melaksanakan wisuda program Pascasarjana UGM Periode IV TA 2022/2023, akhir Juli 2023. Menariknya, lulusan jenjang S2 dan S3 UGM didominasi oleh perempuan.

Setidaknya 56,38 persen dari total wisudawan yang berjumlah 713 orang, adalah wisudawan perempuan. Ini berarti, ada 402 wisudawan perempuan mendominasi prosesi wisuda. Mereka kebanyakan dinyatakan lulus pada periode tersebut dengan predikat IPK di atas 3.

Menanggapi fenomena besarnya jumlah wisudawan perempuan ini, pengamat budaya sekaligus dosen dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Daru Winarti menuturkan bahwa tuntutan zaman dan kebutuhan hidup saat ini membuat perempuan harus bisa mandiri dengan posisi dan penghasilan yang baik supaya mereka bisa lebih dihargai.

Menurutnya untuk meraih itu salah satunya melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

”Di Indonesia, semakin baik tingkat pendidikannya, semakin baik posisi perempuan dalam pandangan masyarakat dan dunia kerja, tentunya tanpa mengabaikan sikap dan perilaku yang dianggap baik oleh masyarakatnya,” kata Daru dalam keterangan resmi.

Antara karier, kuliah, dan keluarga

UGM mengapresiasi pencapaian para wisudawan perempuan ini. Padahal, status mahasiswa S2 maupun S3 kadangkala adalah seorang istri atau ibu yang juga punya tanggung jawab akan perannya di rumah. Termasuk perempuan yang sudah bekerja, atau keduanya yakni bekerja dan berkeluarga.

Tentu langkah mereka terus menggali ilmu di tengah perjuangan membagi waktu antar keluarga dan masyarakat dengan perannya sebagai mahasiswa yang harus menyelesaikan studi tepat waktu menjadi pencapaian yang patut diapresiasi.

Salah satu cerita wisudawan perempuan, diceritakan oleh Liza Angeliya, wisudawan cumlaude program Doktor yang berhasil lulus dengan IPK 4,0. Ia juga merasakan perjuangan berat dalam menyelesaikan studinya.

Namun, perempuan penerima beasiswa Kementerian Pertanian ini berhasil membuktikannya

”Bagi saya membagi waktu antara keluarga dan studi itu sangat penting karena dari memulai studi saya sudah berkeluarga dengan 2 anak. Saya melanjutkan studi S3 di UGM merupakan tugas belajar beasiswa dari Kementrian Pertanian sehingga harus lebih fokus untuk studi dan keluarga. Dan saat studi selama 4 tahun di UGM, saya memboyong 2 anak laki-laki ikut pindah sekolah ke Jogja, namun suami tetap di Lampung,” tuturnya.

Agar bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, hingga lulus dengan predikat cumlaude, Liza menerapkan strategi belajar dengan menetapkan target yang harus diselesaikan di setiap semesternya.

”Kuncinya, istiqomah, meski sedikit dan pelan, harus tetap dikerjakan satu demi satu dan tak lupa tentunya ridho dan doa dari suami yang selalu mendukung saya untuk melanjutkan studi” imbuh Ibu dua anak berusia 4 dan 8 tahun ini.

Dalam menyelesaikan studi, tentu saja Liza menghadapi banyak tantangan karena mengalami masa pandemi Covid-19.

Perjuangannya pun membuahkan hasil, dengan disertasi berjudul 'Molekuler dan Biologis Gen Fusion Hemagglutinin-Neuraminidase Disease yang Diisolasi dari Ayam dan Burung Liar', Liza berhasil lulus dalam kurun waktu 3 tahun 10 bulan dan penelitian selama 2 tahun.

Berbeda dengan Liza, wisudawan Magister atau S2 Teknik Sipil dengan IPK 4,0, Aisya Galuh Laksita juga mengalami tempaan yang tidak mudah dalam menempuh pendidikannya.

Meskipun belum berkeluarga, Aisya mengaku mengalami naik turunnya ritme membagi waktu antara kerja dan studi.

Namun, dukungan keluarga, membuatnya fokus pada belajar dan bekerja agar bisa lulus tepat waktu.

Di sela-sela kesibukan jadwal kuliah, Aisya harus menyelesaikan pekerjaan di Departemen Fakultas Teknik sebagai asisten dalam bidang akademik, mempersiapkan akreditasi maupun penyusunan kurikulum serta menjadi asisten project dosen dan asisten mata kuliah.

”Saya akan benar-benar memperhatikan dosen pada saat di kelas, dengan mencatat, merekam layar (saat pembelajaran online), rajin bertanya dan mengerjakan latihan dari dosen. Di luar itu, saya banyak berdiskusi dengan teman-teman kuliah,” ungkapnya.

Aisya juga membuat deadline untuk dirinya supaya bisa lulus tepat waktu.

”Saya menyusun deadline major yang kemudian dirinci menjadi deadline minor,” tuturnya. Deadline major akan memberikan saya gambaran waktu supaya tidak terlambat, baik untuk mengerjakan pekerjaan dari departemen, studi kasus, publikasi, tesis, batas yudisium, maupun wisuda dan sebagainya," kata dia.

Langkah pengerjaan seluruh tugas tersebut, ia pecah menjadi dateline minor, bahkan dalam target spesifik dalam bentuk jam. ”Ini membantu saya untuk fokus,” imbuh penerima beasiswa Peningkatan Suasana Akademik (PSA) Departemen MTS, Fakultas Teknik UGM.

Terbukti, Aisya Galuh Laksita bisa lulus dengan predikat pujian, tepat waktu.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/08/07/115819171/lulusan-s2-s3-ugm-didominasi-perempuan-ada-yang-raih-ipk-4

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke