Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peluncuran Buku "Narasi Mematikan", Telisik Pendanaan Terorisme di Indonesia

KOMPAS.com - Buku "Narasi Mematikan: Pendanaan Teror di Indonesia" karya Noor Huda secara resmi diluncurkan di Universitas Paramadina Jakarta, pada Kamis (27/7/2023).

Sebagai seseorang yang telah lama mendalami isu radikalisme, Noor Huda Ismail menyadari betul pentingnya faktor narasi sebagai pemicu lahirnya aksi-aksi terorisme.

Hal itulah yang kemudian menjadi inspirasinya dalam menulis buku keduanya "Narasi Mematikan: Pendanaan Teror di Indonesia" yang diterbitkan oleh Kreasi Prasasti Perdamaian.

Dalam buku karyanya yang kedua ini,  menceritakan bagaimana kelompok- kelompok teroris dalam mencari pendanaan untuk melakukan aksi-aksi mereka ternyata telah mengalami transformasi.

Tidak hanya merampok, kini kelompok-kelompok tersebut juga memperoleh pendanaan melalui jalur-jalur formal seperti mendirikan LSM, yayasan, lembaga pendidikan, serta memakai teknologi baru seperti cryptocurrency.

"Dari sini ternyata terjadi pergeseran strategi, dan narasi telah menjadi unsur penting untuk mendapatkan pendanaan tersebut," kata Huda yang kini aktif sebagai visiting fellow di RSIS, Nanyang Technological University (NTU), Singapura.

Huda menekankan bahwa tujuan diterbitkannya buku ini adalah untuk menciptakan kesadaran bagi para pemangku kepentingan agar memperhatikan isu ini secara serius.

Alumnus Monash University, Australia, ini melihat sudah banyak pemangku kepentingan yang menangani isu terorisme, mulai dari Kejaksaan Agung, Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Sosial, hingga Kementerian Luar Negeri.

Namun dirinya melihat koordinasi antar-instansi tersebut kurang terjalin dengan baik.

"Saya berharap buku ini bisa menciptakan institutional memory di masing-masing lembaga tersebut, sehingga ketika seorang pejabat digantikan orang lain transfer knowledge-nya bisa lebih lancar," ujar Noor Huda.

Di samping itu, melalui bukunya tersebut Huda juga mendorong adanya desentralisasi penanganan pencegahan terorisme. Ia melihat selama ini penanganan isu-isu terorisme terlalu Jakarta-sentris.

"Saya melihat pengetahuan antara pusat dengan daerah sangat jomplang. Padahal banyak dari kasus terorisme lahir di daerah-daerah," ujar Noor Huda. Noor Huda juga berharap adanya kesiapan masyarakat di Indonesia menghadapi fenomena terorisme.


Ia mengutip data dari World Giving Index 2022 di mana Indonesia menjadi negara dermawan nomor wahid di dunia. "Tak terhindarkan, kedermawanan ini menjadi celah yang dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingan mereka," kata Huda.

Munir Kartono, narasumber dan panelis dalam peluncuran buku menyampaikan, pendanaan
merupakan urat nadi dalam tindakan terorisme selain ideologi.

"Di saat aksi terorisme yang menurun maka pendanaan terorisme bak hantu yang terus bergerilya mencari celah dan cara baru untuk tetap bergerak," ungkap Munir.

Munir, eks anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan mantan simpatisan ISIS tersebut membeberkan, buku "Narasi Mematikan: Pendanaan Teror di Indonesia" tidak hanya berisi tentang informasi tentang aksi-aksi pendanaan terorisme.

"Tapi buku ini juga menunjukkan bagaimana orang-orang yang terlibat dalam tindak pidana terorisme juga ada yang terpelajar, tidak gaptek, dan terus berusaha dengan teknologi untuk melakukan aksi pendanaan terorisme untuk masa depan," jelasnya.

Noor Huda mengatakan, melalui bukunya bahwa dirinya percaya bahwa terlibat dalam aksi terorisme itu adalah proses panjang dan sangat kompleks. "Bisa jadi hari ini mereka pro- teroris, tapi di kemudian hari berubah menjadi bagian dari agen perdamaian," kata Huda.

Acara peluncuran buku juga menghadirkan Dosen Fakultas Psikologi UI Mirra Noor Milla, Ketua Program Magister Ilmu Agama Islam Universitas Paramadina Subhi Ibrahim, dan Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J Rachbini sebagai keynote speaker.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/07/28/141957171/peluncuran-buku-narasi-mematikan-telisik-pendanaan-terorisme-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke