Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penelitian Mahasiswa S3 UGM: Remaja Perempuan Merokok karena Hal Ini

KOMPAS.com - Selama ini, rokok masih menjadi permasalahan di masyarakat. Perilaku hidup tidak sehat atau merokok banyak dilakukan kaum laki-laki maupun perempuan.

Namun, merokok jika dilakukan sejak usia 11 tahun atau bahkan lebih muda lagi, maka akan lebih cenderung menjadi perokok berat dan merokok secara teratur daripada perokok yang mulai merokok pada usia yang lebih tua.

Jika laki-laki merokok itu sudah menjadi hal yang biasa dilakukan. Tetapi jika perempuan merokok akan dianggap bukan hal yang biasa. Bahkan ada yang meyakini itu menentang norma masyarakat.

Terkait hal itu, mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Diah Wijayanti Sutha melakukan penelitian.

Penelitian di Sampang Madura

Ia meneliti perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja perempuan di Kecamatan Sampang, Madura. Dari 955 pelajar yang terlibat dalam penelitian tersebut ditemukan 11 pelajar putri atau 1,2 persen yang merokok.

"Tercatat sebanyak 335 atau 35,1 persen pelajar remaja laki-laki yang mempunyai perilaku merokok dan sebanyak 11 orang atau 1,2 persen pelajar perempuan yang mempunyai perilaku merokok," ujarnya dalam ujian terbuka promosi doktor di auditorium FKKMK UGM, Kamis (9/3/2023) dikutip dari laman UGM.

Adapun judul disertasinya ialah "Perilaku Merokok pada Remaja Perempuan di Kecamatan Sampang Madura". Menurutnya, pelajar yang mempunyai perilaku merokok paling banyak berada di usia 11-15 tahun.

Khusus pada perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja 227 perempuan paling banyak dilakukan oleh pelajar di usia 15-19 tahun.

"Remaja perempuan yang memiliki perilaku merokok paling banyak berada di tingkat pendidikan SMP-sederajat dengan uang saku per harinya di atas Rp 10.000," jelasnya.

Faktor penyebab remaja perempuan merokok

Tentu, hal ini karena beberapa hal. Salah satunya karena kurangnya pengetahuan bahaya rokok, kandungan rokok, adiktif rokok dan efek rokok bagi diri sendiri dan orang lain di sekitar perokok.

Sebanyak 309 orang atau 32,4 persen pelajar yang merokok mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang bahaya dan adiksi dari rokok.

Tak hanya itu, dari penelitian ini juga diketahui praktik perilaku merokok yang dirasakan remaja putri secara mandiri berdasarkan persepsi mereka sendiri.

Ditambah adanya stigma negatif masyarakat terhadap perokok perempuan turut membentuk makna bagi remaja perempuan perokok.

"Bagi mereka, merokok dipandang sebagai teman setia sekaligus sarana untuk memperoleh kemandirian dan kebahagiaan," urainya.

Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja perempuan menganggap merokok sebagai 'sahabat mereka', membebaskan mereka dari stres, kekhawatiran dan tekanan.

Sebagian besar remaja perempuan menganggap merokok sebagai perilaku yang tidak sering dilakukan oleh perempuan. Bahkan juga masih dianggap buruk oleh masyarakat sekitar.

"Keingintahuan dan tekanan teman merupakan faktor yang paling berkontribusi terbentuknya niat untuk merokok pada remaja perempuan," tutur dia.

Karena itulah, peneliti merekomendasikan agar tenaga medis bisa tertarik untuk:

1. mengembangkan program pencegahan merokok

2. mempertimbangkan perspektif remaja tentang kebiasaan merokok dalam kaitannya dengan masalah kesehatan, sosial dan agama

Apalagi perempuan perokok mempunyai risiko kesehatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/03/10/135024671/penelitian-mahasiswa-s3-ugm-remaja-perempuan-merokok-karena-hal-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke