Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seperti Ini Evaluasi Kuliah Daring dari Ketua Majelis Rektor PTN

KOMPAS.com - Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, MHum., berpandangan bahwa kuliah daring di masa pandemi Covid-19 adalah jalan terbaik saat ini.

Meski tidak seefektif kuliah tatap muka, tetapi pembelajaran dengan sistem online menjadi pilihan terbaik bagi mahasiswa juga siswa yang masih duduk di bangku sekolah.

Prof. Jamal yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menceritakan awal mula pandemi masuk Indonesia yakni awal Maret 2020.

"Saat pertengahan Maret, UNS mulai mengadakan kuliah daring. Di awal pandemi itu muncul banyak kendala," ujar Prof. Jamal saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/8/2021).

Apa saja kendala itu? Menurut Prof. Jamal, sistem pembelajaran daring berbeda dengan luring. Sebab, dosen maupun mahasiswa harus menyiapkan fasilitas kuliah daring.

Seperti ponsel atau laptop/komputer serta kuota internet. Jika salah satunya tidak ada tentu tak bisa ikut kuliah daring.

Bahkan, menurut Ketua MRPTNI ini, komputer yang kurang kompatibel juga dapat menghambat jalannya kuliah daring. Apalagi jaringan internet yang kurang bagus.

Dari sisi substansi, rata-rata dosen yang sudah berusia di atas 50-55 tahun banyak mengalami kendala karena kurang dekat dengan teknologi.

"Dosen yang usianya di atas 50 tahun itu terkadang banyak mengalami kendala. Sebab, materi kuliah harus di unggah dan materinya juga harus tampil menarik," ungkapnya.

Jika tidak, lanjut Prof. Jamal, kuliah daring akan terasa membosankan. Imbasnya, mahasiswa tidak menyalakan kamera saat kuliah daring berlangsung.

Untuk mengatasi hal itu, di UNS coba merekrut mahasiswa sebagai asisten dosen. Tujuannya untuk membantu dosen yang mengalami kendala tersebut.

Sehingga, materi kuliah bisa tampil menarik. Bahkan bisa dibuat dengan animasi yang lebih ramah anak muda. Dengan harapan, materi kuliah daring bisa mudah dipahami mahasiswa.

"Saya rasa, beberapa kendala ini juga dialami oleh kampus lain. Tetapi untuk tahun akademik baru nanti, kuliah daring akan lebih baik lagi, karena sudah punya pengalaman kuliah daring sebelumnya," terangnya.

Diserahkan masing-masing pimpinan kampus

Terkait kuliah daring di tahun akademik baru 2021/2022, Ketua MRPTNI ini menyerahkan sepenuhnya kepada pimpinan setiap perguruan tinggi.

Kuliah daring, kuliah luring atau hybrid kewenangan diserahkan masing-masing pimpinan atau rektor perguruan tinggi. Namun jika wilayahnya masuk zona merah, maka wajib kuliah daring.

Di UNS sendiri, menurut Prof. Jamal, bakal diterapkan beberapa skema. Jika masih PPKM, maka kuliah digelar secara daring.

Hanya saja, pihaknya telah menyiapkan segala sarana prasarana, termasuk tempat duduk di ruang kelas ditata sedemikian rupa.

"Jika hybrid, maka kapasitas mahasiswa di kelas hanya 20-25 orang. Untuk jamnya juga dibatasi yakni pagi sampai siang. Atau siang sampai sore. Serta dimulai bagi mahasiswa semester 1 dan 7," jelasnya.

"Namun secara keseluruhan, kami sudah punya pengalaman menyelenggarakan kuliah daring selama setahun lebih. Jadi, untuk tahun akademik baru kami sudah lebih siap jika masih digelar secara daring lagi," tandas Prof. Jamal.

Pandangan dosen UPN Jogja

Sementara itu, salah satu Dosen Prodi Hubungan Masyarakat UPN "Veteran" Yogyakarta (UPN Jogja), M. Edy Susilo, M.Si., juga sependapat bahwa kuliah daring adalah jalan terbaik di masa pandemi Covid.

"Awalnya kuliah online itu seperti dipaksa oleh keadaan, atau tidak sesuai rencana. Tetapi ya mau bagaimana lagi, kuliah daring adalah jalan satu-satunya yang terbaik," ujarnya.

Kendati demikian, menurutnya kuliah online kurang efektif. Interaksi antara dosen dan mahasiswa tidak maksimal.

Bahkan banyak dijumpai kendala saat kelas daring. Misalnya saja mahasiswa tidak menyalakan kamera, sinyal jelek, atau hilang secara tiba-tiba.

Untuk mengetahui mahasiswa paham atau tidak materi yang disampaikan saat kelas virtual, Edy sering memberikan tugas atau kuis pada mahasiswanya.

"Ini adalah solusi agar tahu mahasiswa saya paham materinya atau tidak. Meski beban tugas mereka tambah banyak, tetapi saya berharap materi bisa benar-benar diserap para mahasiswa," ucapnya.

Terkait persiapan kuliah daring tahun akademik baru 2021/2022, Edy Susilo menyatakan tidak ada masalah karena sudah punya pengalaman setahun lebih menjalankan kuliah online.

"Sejauh ini UPN Jogja masih mengadakan kuliah online. Kami juga berusaha akan lebih baik dari yang kemarin-kemarin. Jadi kami mulai berdamai dengan keadaan seperti ini," tandasnya.

Mahasiswa mulai terbiasa kuliah daring

Sedangkan pandangan dari salah satu mahasiswi Prodi Hubungan Masyarakat Angkatan 2018 UPN Jogja, Ayu Larasati menyatakan bahwa selama kuliah daring di masa pandemi dia tak mangalami banyak kendala.

"Kuliah daring saya selama setahun lebih berjalan lancar. Meski baru pertama kali, tetapi semua bisa saya lalui dengan baik," tuturnya.

Meski demikian, kuliah daring berbeda dengan kuliah luring. Sebab, Ayu pernah mengalami kuliah tatap muka di kelas sebelum pandemi Covid.

Tak hanya itu saja, Ayu juga bisa berinteraksi langsung dengan dosen maupun teman-temannya di kelas. "Jika dulu sebelum pandemi saya bisa bertemu dengan dosen dan teman di kelas, tetapi sekarang semua virtual," ucapnya lagi.

Bahkan untuk praktikum, dia juga bisa mengikuti tugas dari dosennya. Misalnya saja praktik siaran radio, dia menggunakan ponselnya untuk merekam dan kemudian dikirim ke dosennya.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/04/114012271/seperti-ini-evaluasi-kuliah-daring-dari-ketua-majelis-rektor-ptn

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke