Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Guru Besar UGM: Perlu Komitmen Bersama untuk Berhenti Merokok

KOMPAS.com - Guru Besar FKKMK UGM, Yayi Suryo Prabandari mengatakan, berhenti merokok merupakan sebuah proses yang tidak mudah.

Menurut dia, untuk dapat berhenti merokok tidak hanya perlu komitmen bersama, tidak hanya di tingkat individu, tetapi juga dukungan keluarga, komunitas/lingkungan, serta layanan kesehatan.

"Berhenti merokok memang sebuah proses. Dari kajian literatur yang ada, sebagian itu efektif di waktu 6 bulan awal, setelahnya perlu ada penguatan dan pendampingan kembali," ucap dia melansir laman UGM, Rabu (3/6/2021).

Dia menyampaikan, berhenti merokok memerlukan penanganan tidak hanya dari satu jenis intervensi saja, tetapi melalui beragam program.

Salah satunya melalui strategi perlindungan terhadap asap tembakau dengan melaksanakan dan menguatkan kawasan tanpa rokok (KTR), advokasi jejaring untuk menerapkan KTR, dan berpartisipasi dalam pengembangan dan pengawasan KTR.

Selain itu, melakukan pengawasan penggunaan tembakau dan pencegahannya seperti melakukan pertemuan dengan elemen masyarakat mendiskusikan perilaku merokok.

"Optimalkan dukungan untuk berhenti merokok dan waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau," jelas dia.

Selanjutnya, kata dia, perlu eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait rokok/tembakau.

Upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan advokasi pada pemerintah untuk meniadakan iklan, promosi, dan sponsor terkait rokok/tembakau serta tidak menerima sponsor dari rokok/tembakau.

Strategi lain dengan meraih kenaikan cukai tembakau dengan mengadvokasi pemerintah untuk menaikan cukai rokok dan melakukan media advokasi untuk kenaikan cukai tembakau

"Berhenti merokok di Indonesia itu seperti uji nyali karena saat individu sudah bertekad berhenti, namun kondisi lingkungan kurang mendukung sehingga penguatan komitmen sangat diperlukan," tegas dia.

Dosen dari Departemen Ilmu Kesehatan UGM, Retna Siwi Padmawati juga turut andil bicara.

Retna mengaku, program rumah bebas asap rokok sebagai bentuk penguatan komitmen masyarakat berhenti merokok.

Demi mewujudkan program itu, sebut dia, bisa dilakukan dengan beragam cara, seperti tidak merokok di dalam rumah untuk semua anggota keluarga dan tamu, tidak menyediakan asbak/tempat puntung rokok di rumah, dan memasang stiker tanda larangan merokok di dalam rumah.

Selanjutnya, mengupayakan tidak ada yang merokok dalam berbagai pertemuan warga.

Adapun cara lain yang bisa dilakukan dengan tidak merokok di hadapan anak-anak, ibu hamil dan lansia, serta menyediakan ruang/tempat khusus merokok disesuaikan dengan kondisi rumah dan kampung.

"Jauhkan keluarga dari ekspose rokok karena nantinya bisa ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya harus dimulai dengan berhenti merokok agar tidak diikuti anak-anak," tegas dia.

Perokok punya risiko besar alami kasus Covid-19

Sementara dari Peneliti Departemen Ilmu Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial UGM, Bagas Suryo Bintoro menambahkan, perokok memiliki risiko lebih besar mengalami kasus yang parah dan meninggal akibat Covid-19.

Oleh sebab itu, ia mengimbau masyarakat terutama para perokok untuk berhenti merokok untuk mengurangi risiko terpapar Covid-19.

"Tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok, sebab berhenti merokok bermanfaat bagi kesehatan sehingga harus didukung oleh semua pihak," tukas dia.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/06/03/155000371/guru-besar-ugm--perlu-komitmen-bersama-untuk-berhenti-merokok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke