Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sembuhkan Covid-19? Akademisi UGM: Deksametason Harus Pengawasan Dokter

KOMPAS.com - Para peneliti di Inggris menyebut bahwa obat deksametason mampu menyembuhkan pasien Covid-19. Tentu pasien itu juga tetap diberikan terapi standar Covid-19.

Pasien itu bisa sembuh setelah diberikan deksametason dosis rendah hingga sedang (6 mg/hari) selama 10 hari.

Menurut penjelaskan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), apoteker Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D, pasien yang mengalami kesembuhan sebanyak 2.100 adalah pasien Covid-19. Pasien itu mendapatkan terapi oksigen atau menggunakan ventilator (pasien Covid-19 berat atau kritis).

"Di situs majalah Nature, deksametason tidak akan berefek jika diberikan pada pasien Covid-19 ringan," ujarnya seperti dikutip dari laman Fakultas Farmasi UGM, Minggu (21/6/2020).

Harus di bawah pengawasan dokter

Dikatakan, penggunaan kortikosteroid lain juga sudah biasa digunakan pada Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) oleh para klinisi, walaupun bukan deksametason.

Kortikosteroid yang digunakan adalah metil prednisolone (MP) 2 mg/kg selama 32 hari atau hidrokortison injeksi 100 mg/24 jam selama minimal 3 hari.

ARDS merupakan salah satu manifestasi infeksi Covid-19 pada tahap berat hingga kritis, sehingga pasien memerlukan terapi oksigen bahkan ventilator.

"Untuk penggunaan kortikosteroid apakah metil prednisolon, hidrokortison ataupun deksametason harus digunakan di bawah pengawasan dokter secara ketat," katanya.

"Tentu mengingat efek samping yang ditimbulkan sangat berbahaya," imbuhnya lagi.

Golongan obat keras

Dijelaskan, deksametason adalah obat keras golongan kortikosteroid yang telah lama dipergunakan untuk penanganan alergi serta penyakit autoimun.

Seperti rematik dan Lupus Eritematosus Sistemik (LES), kanker, nyeri dan mual muntah paska operasi, penyakit insufisiensi adrenal (Addison’s disease), serta penyakit Cushing.

Selain itu deksametason memiliki efek anti radang yang sangat kuat karena mampu menghambat enzim fosfolipase yang berperan dalam terjadinya radang.

Serta menghambat pelepasan vasoaktif dan faktor kemoatraktif serta faktor lain yang berperan dalam peradangan yaitu interleukin (IL-1, IL-2, IL-3, IL-6) dan TNF-α.

Deksametason sendiri juga sering disalahgunakan yaitu ditambahkan pada jamu tradisional untuk pegal linu tanpa memperhitungkan dosis deksametason yang ditambahkan.

Sehingga dikenal oleh masyarakat sebagai jamu pegal linu yang manjur. Jamu seperti ini merupakan jamu yang ilegal karena membahayakan masyarakat dan dilarang diperjualbelikan.

Adapun penggunaan deksametason harus dalam pemantauan dokter mengingat efek samping yang terjadi sangat berbahaya.

Efek samping yang terjadi pada pemakain deksametason terjadi akibat dari efek yang memang dimiliki oleh deksametason yaitu efek metabolic dan katabolic pada tulang, otot, jaringan ikat, saraf, saluran pencernaan, pertumbuhan dan paru-paru.

Terdapat efek samping yang sering dialami oleh pengguna kortikosteroid termasuk deksametason jika digunakan dalam waktu jangka panjang, atau dosis yang besar.

Efek samping

  • Tulang: pengeroposan tulang, gangguan otot
  • Saluran pencernaan: ulkus peptikum/radang lambung, radang pankreas, perlemakan hati
  • Imun: penurunan fungsi imun
  • Jantung dan pembuluh darah: hipertensi, gangguan irama jantung, penumpukan plak di jantung
  • Mata: glukoma, katarak
  • Kulit: tumbuhnya banyak bulu, atrofi kulit, jerawatan, penumpukan jaringan lemak di bahu dan wajah
  • Hormon: diabetes, peningkatan berat badan, gangguan hormone reproduksi
  • Perilaku: sulit tidur, gangguan kejiwaan, gangguan ingatan dan emosi

Dilarang ikut-ikutan konsumsi secara ilegal

Kesimpulannya, mengingat efek samping yang sangat berbahaya, maka penggunaan deksametason harus diawasi secara ketat oleh dokter.

Masyarakat diimbau tidak membeli deksametason tanpa resep dokter, sebagaimana saat ini deksametason tablet maupun injeksi sudah diperjual belikan secara online melalui situs-situs belanja online.

Untuk pengobatan Covid-19, deksametason hanya diberikan pada kasus Covid-19 berat dan kritis yang dirawat di rumah sakit.

"Masyarakat tidak perlu ikut-ikutan konsumsi deksametason jika tidak ingin mengalami efek samping yang berbahaya," ujarnya.

"Jika orang sehat konsumsi deksametason malah daya tahan tubuh turun sehingga mudah terkena infeksi apa saja termasuk Covid-19," tandas Ika.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/06/28/050500471/sembuhkan-covid-19-akademisi-ugm--deksametason-harus-pengawasan-dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke