Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Kompas.com - 08/05/2024, 12:12 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebulan terakhir, ada dua kasus penemuan mayat di Kepulauan Seribu yang mengejutkan warga Jakarta dan sekitarnya.

Pertama, kasus penemuan mayat perempuan berinisial RR (35) yang ditemukan di Dermaga Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan pada Sabtu, 13 April 2024.

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, RR dibunuh oleh pelanggan open booking online atau open BO.

Kedua, penemuan mayat laki-laki yang mengapung di perairan Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, pada Minggu (5/5/2024).

Sebagaimana pemberitaan Kompas.com, warga yang menemukan mayat segera menelpon Tim Rescue Pemadam Kebakaran, kemudian mayat dimasukkan di kantong jenazah untuk dibawa ke rumah sakit.

Penemuan mayat di Kepulauan Seribu bukan pertama kali terjadi. Pada 1998, masyarakat dihebohkan dengan penemuan tiga mayat misterius di Kepulauan Seribu.

Penemuan jenazah misterius itu kerap dikaitkan dengan menghilangnya aktivis demokrasi, yang marak terjadi setelah Peristiwa 27 Juli 1996 atau Kudatuli.

Saat itu, terjadi bentrokan di depan kantor Partai Demokrasi Indonesia akibat dualisme kepemimpinan di partai berlambang banteng itu. Peristiwa Kudatuli dan menghilangnya aktivis menjadi momentum pergantian kekuasaan dan jatuhnya Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.

Baca juga: 25 Tahun Hilangnya Sang Aktivis 1998, Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah

Adapun gambaran kejadian penemuan jenazah di  mirip novel karya Laila S Chudori berjudul Laut Bercerita (2017).

Pada bagian awal novel dikisahkan, tokoh utama seorang mahasiswa yang diculik pada 1998. Ia disekap, lalu dibuang ke laut.

"Seketika aku merasakan sebatang kaki bersepatu gerigi yang menendang punggungku. Tubuhku ditarik begitu lekas oleh arus dan bola besi yang terikat pada pergelangan kakiku. Aku melayang-layang ke dasar lautan," tulisnya.

Gambaran di atas merupakan fiksi, tetapi peristiwa semacam itu benar-benar terjadi di dunia nyata.

Kepulauan Seribu memiliki luas 4.745,62 kilometer persegi. Namun daratannya hanya 8,76 kilometer persegi dan sisanya lautan.

Ada lebih dari 110 pulau, tetapi tidak semuanya berpenghuni. Kondisi geografis inilah yang membuat Kepulauan Seribu menyimpan banyak misteri.

Lantas, bagaimana fakta dari peristiwa penemuan mayat di Kepulauan Seribu 26 tahun lalu?

Baca juga: Tim Mawar, Penculik Para Aktivis 1998

Pulau Pari di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Jumat (30/11/2018). KOMPAS/HERU SRI KUMORO Pulau Pari di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Jumat (30/11/2018). KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Penemuan mayat di Pulau Untung Jawa

Pada Mei 1998, seorang warga bernama Tri Wiyanto menemukan mayat terapung di laut lepas. Ia sedang mengendarai perahu motor jagawana di kawasan cagar alam Pulau Rambut, Kepulauan Seribu yang tak berpenghuni.

Buku seri Tempo: Wiji Thukul, Teka-teki Orang Hilang (2013) menyebutkan, Tri lantas membawa jenazah yang mulai membengkak itu ke pulau terdekat bernama Untung Jawa.

Rekan Tri lain yang sedang berpatroli di perairan Pulau Burung juga menemukan dua mayat laki-laki terapung. Jenazah itu juga sudah membengkak.

Mereka memandikan ketiga jenazah dan menguburkannya di tepi pantai Pulau Untung Jawa.

Berselang tiga bulan, tim dari Pusat Polisi Militer datang ke Pulau Untung Jawa sambil membawa ahli forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

Baca juga: Serangan Ganjar ke Prabowo, Singgung Pengadilan HAM dan Aktivis Hilang

Tentara memerintahkan penduduk membongkar kuburan, lalu mereka membawa pergi tiga jenazah tersebut.

Tri bersaksi, ada lubang di dada seperti bekas tembakan pada jenazah pertama. Namun, ahli forensik RSCM segera membantahnya.

Ketiga mayat tersebut diidentifikasi berusia di atas 25 tahun. Satu mayat memakai celana panjang coklat dan satu lagi celana pendek biru.

Selain itu, ditemukan juga dua jam tangan, dua dompet berwarna coklat dan biru, serta sebuah harmonika kecil warna merah pada kantong celana pada salah satu mayat.

Barang-barang yang ditemukan bagian forensik RSCM, kemudian dibawa seorang perwira ke Puspom ABRI.

Ada keluarga yang tidak dilibatkan

Sepanjang Februari sampai Mei 1998, terjadi kasus penculikan dan penghilangan paksa terhadap sedikitnya 23 mahasiswa dan aktivis pro demokrasi.

Dikutip dari laporan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau KontraS, terdapat 9 orang dikembalikan, sedangkan 13 orang lainnya belum masih hilang.

Penemuan mayat di Kepulauan Seribu sontak dikaitkan dengan para aktivis yang hilang.

Koordinator Badan Pekerja KontraS, Munir telah mengkonsultasikan temuan beberapa barang yang ditemukan bersama mayat, kepada keluarga korban.

Sementara, ahli forensik dan DNA dari RSCM membuat rekonstruksi dua dari tiga wajah mayat, kemudian warga dan keluarga korban penculikan diminta untuk mengidentifikasinya.

Keluarga aktivis Wiji Thukul dan Petrus Bima yang hilang dan belum ditemukan sampai sekarang, diklaim turut diundang.

Namun adik Wiji Thukul, Wahyu Susilo menyatakan bahwa keluarga tidak pernah menerima undangan dari Pusat Polisi Militer.

Pernyataan senada juga disampaikan ayah Petrus Bima, DT Utomo Rahardjo.

Warga melintasi mural potret penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul di Jalan Kapuk Kayu Besar, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (7/8/2021). Mural tersebut dibuat untuk mengapresiasi semangat perlawanan dan perjuangan Wiji Thukul terhadap penindasan rezim Orde Baru. Mural tersebut juga menjadi pengingat bagi generasi muda atas banyaknya kasus pelanggaran HAM dimasa lalu yang hingga kini belum terselesaikan.KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Warga melintasi mural potret penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul di Jalan Kapuk Kayu Besar, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (7/8/2021). Mural tersebut dibuat untuk mengapresiasi semangat perlawanan dan perjuangan Wiji Thukul terhadap penindasan rezim Orde Baru. Mural tersebut juga menjadi pengingat bagi generasi muda atas banyaknya kasus pelanggaran HAM dimasa lalu yang hingga kini belum terselesaikan.

Hanya tersisa tulang-belulang

Temuan tiga mayat ini juga mengusik Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang tengah menyelidiki penculikan aktivis dan mahasiswa 1997-1998.

Berdasarkan keterangan investigator, dua dari tiga mayat ditemukan dalam kondisi terikat. Sementara satu mayat lainnya terdapat lubang di dada.

Tim investigator mengajukan tes DNA pada mayat dengan keluarga 13 aktivis yang masih hilang.

Keterangan juga disampaikan oleh Ketua Tim Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Herkutanto.

Dilansir Harian Kompas, 14 Agustus 1998, telapak tangan dari tiga kerangka manusia di Pulau Untung Jawa tidak ditemukan.

Tim forensik tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tulang kerangka tersebut, tetapi tim tidak dapat mengetahui ada atau tidaknya kekerasan pada jaringan-jaringan lunak korban.

Pasalnya saat ditangani tim forensik, jaringan lunak jenazah sudah tidak ada, hanya tersisa tulang-belulang.

Mayat lain di Lampung

Sebelumnya, sempat ada isu penemuan 14 mayat di perairan Lampung. Isu itu juga dikaitkan dengan mayat aktivis dan mahasiswa yang hilang.

Namun penemuan mayat itu tidak terbukti. Pasalnya, tidak ada warga yang mengamankan mayat saat ditemukan.

Sampai dua warga menemukan mayat terapung di sungai Way Umpu pada 6 Juli 1998.

Dikutip dari Harian Kompas, 6 Agustus 1998, Polres lampung Utara menyebutkan, mayat berjenis kelamin laki-laki itu memakai kaos putih dan celana coklat.

Jejak identitas mayat sengaja dihilangkan karena tidak ada telapak tangan dan kerusakan di bagian wajah dan gigi, tetapi belum ada bukti mayat tersebut berkaitan dengan penculikan aktivis.

Meski penemuan mayat di Kepulauan Seribu dan Lampung belum dapat dibuktikan identitasnya, tetapi tidak serta-merta menutupi fakta kasus penculikan aktivis dan mahasiswa pada 1997-1998.

Berdasarkan laporan Tim Ad Hoc Penyelidikan pelanggaran HAM Berat Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa 1997-1998, pelaku penculikan adalah Tim Mawar.

Tim Mawar dibentuk di bawah Grup IV Komando Pasukan Khusus (Kopassus), berdasarkan perintah langsung dan tertulis dan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Prabowo Subianto.

Selaku Danjen Kopassus, Mayjen TNI Prabowo Subianto bertanggung jawab atau setidaknya mengetahui peristiwa penghilangan paksa yang dilakukan oleh Tim Mawar.

Namun pada 3 Juni 2005, ia tidak memenuhi panggilan Komnas HAM terkait kasus penculikan dan penghilangan paksa 1997-1998.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Data dan Fakta
[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

Hoaks atau Fakta
Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Data dan Fakta
Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Menyebar Ikan Lele ke Saluran Air Bisa Cegah DBD? Cek Faktanya!

INFOGRAFIK: Menyebar Ikan Lele ke Saluran Air Bisa Cegah DBD? Cek Faktanya!

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Konteks Keliru soal Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[VIDEO] Konteks Keliru soal Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pemain Real Madrid Vinicius Junior Keturunan Indonesia

[HOAKS] Pemain Real Madrid Vinicius Junior Keturunan Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

Hoaks atau Fakta
Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seniman Suriah Bikin 'Patung Liberty' dari Reruntuhan Rumahnya

[HOAKS] Seniman Suriah Bikin "Patung Liberty" dari Reruntuhan Rumahnya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com