Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Narasi di media sosial menyebutkan, etnis Rohingya bukan penduduk asli Myanmar. Mereka diklaim datang bersama Inggris untuk menjajah Myanmar.
Narasi itu juga mengeklaim, gelombang pengungsi Rohingya datang ke Indonesia dengan tujuan sama, yakni menjajah.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.
Narasi yang mengeklaim etnis Rohingya menjajah Myanmar bersama Inggris dibagikan oleh akun Facebook ini pada Sabtu (16/12/2023).
Berikut narasi yang dibagikan:
Rohingya dan Inggris datang ke myanmar untuk menjajah kemudian rohingya tinggal disana. Nahhhh!! Sekarang rohingya berduyun-duyun dikirim ke Indonesia dengan motif yang kontras. Menjajah Indonesia.
Setelah ditelusuri, narasi bahwa etnis Rohingya bukan penduduk asli Myanmar tidak sesuai fakta.
Dilansir Kompas.id, kelompok etnis Rohingya secara turun-temurun tinggal di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
Nasib memilukan Rohingya disebabkan genosida sistematis yang dilakukan Pemerintah Myanmar selama berpuluh tahun.
Tindakan itu telah dilakukan sejak 1970-an dan puncaknya, pada awal 1980-an, Pemerintah Myanmar resmi menyatakan Rohingya bukanlah bagian dari etnis yang diakui.
Nasib kelompok Rohingya makin parah karena adanya sentimen rasial dari warga Myanmar yang mayoritas memeluk agama Buddha.
Sentimen ini pun makin menjadi karena perbedaan fisik yang kentara antara warga etnis Rohingya dan kebanyakan warga Myanmar yang lain.
Puncak kekerasan terhadap kelompok Rohingya terjadi pada 2017. Saat itu terjadi persekusi, pemerkosaan, hingga pembunuhan terhadap etnik Rohingya oleh warga mayoritas.
Alih-alih meredakan, aparat keamanan dari pemerintah justru ikut melakukan kekerasan dan cenderung menjustifikasi persekusi yang diarahkan kepada kelompok tersebut.
Tak lama dari kejadian ini, lebih dari 742.000 warga Rohingya kabur ke Bangladesh, sekitar separuh dari angka tersebut adalah anak-anak.