Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swiss Tidak Menghentikan Penggunaan Mamografi

Kompas.com - 15/12/2023, 20:10 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah unggahan di Facebook mengeklaim bahwa Swiss merupakan negara pertama yang menghentikan penggunaan mamografi.

Mamografi merupakan pemeriksaan kelenjar payudara dengan menggunakan sinar X atau X-ray. Metode ini kerap digunakan untuk pendeteksian awal kanker payudara.

"Swiss negara pertama yang menghentikan Mammography," tulis akun Facebook ini pada 15 November 2023. Arsipnya dapat dilihat di sini.

Pengguna Facebook menyertakan unggahan berbahasa Slowakia soal dampak buruk penggunaan mamografi, antara lain menampilkan hasil positif kanker payudara yang keliru, memicu kanker dan tumor, dan sangat berbahaya bagi perempuan.

Lantas, benarkah narasi tersebut?

Swiss tidak melarang mamografi

Dewan Medis Swiss pernah menyarankan penghentian mamografi sistematis.

Komite spesialis Dewan Medis Swiss pernah mengeluarkan rekomendasi untuk menyelidiki sejauh mana pemeriksaan mamografi sistematis memenuhi kriteria efektivitas, kegunaan, dan efisiensi yang ditetapkan oleh undang-undang asuransi kesehatan.

Mereka merekomendasikan penilaian medis menyeluruh dan mengidentifikasi dampak yang terjadi setelah menerima pemeriksaan mamografi. Para sponsor telah mengakui laporan tersebut dan peneliti telah memulai diskusi khusus dalam konteks tinjauan pasca-publikasi.

Tujuannya yakni menganalisis prosedur medis dari sudut pandang biaya dan manfaatnya, bukan untuk melarang.

Diansir AFP, juru bicara Kantor Federal untuk Kesehatan Masyarakat Swiss membantah adanya pelarangan penggunaan mamografi untuk pemeriksaan payudara.

"Mamografi sama sekali tidak dilarang di Swiss," katanya pada 2 November 2023.

"Ini (mamografi) ditanggung oleh asuransi kesehatan dan direkomendasikan untuk wanita berusia antara 40 dan 59 tahun setiap tahunnya dan untuk wanita berusia antara 60 dan 75 tahun setiap dua tahun," lanjutnya.

Apakah mamografi berbahaya?

Mamografi menggunakan X-ray maka pasien akan terpapar sedikit radiasi pengion.

Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) mencatat, bagi perempuan manfaat mamografi secara teratur lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan oleh jumlah radiasi tersebut.

Risiko dosis radiasi lebih besar terjadi pada wanita yang lebih muda di bawah usia 40 tahun. Namun, dalam beberapa kasus, manfaat penggunaan mamografi untuk mendeteksi kanker payudara di bawah usia 40 tahun mungkin lebih besar daripada risiko paparan radiasi.

Dikutip dari situs Institut Kanker Nasional Perancis, skrining dapat menghindari keparahan penyakit akibat kanker, meningkatkan harapan hidup lima tahun setelah diagnosis.

Kanker tahap awal yang sejak awal terdeteksi, umumnya tidak terlalu agresif, perawatannya lebih ringan, serta memiliki efek samping yang lebih sedikit.

Mamografi mewakili kurang dari 2 persen total paparan radiasi pada populasi di Perancis. Artinya, risiko kematian akibat kanker akibat radiasi berkisar antara 1 hingga 10 per 100.000 wanita yang menjalani mamografi setiap 2 tahun selama 10 tahun.

Jumlah kematian akibat kanker yang dapat dihindari melalui skrining, jauh lebih besar dibandingkan risiko kematian kanker akibat radiasi. Dari 1.000 wanita yang menjalani pemeriksaan, kurang dari dua di antaranya terkena kanker.

Sehingga dapat disimpulkan, risiko kematian akibat kanker payudara yang tidak terdeteksi dini lebih besar dari paparan radiasi.

Hasil pemeriksaan positif palsu

Penelitian yang dilakukan JAMA Netw Open pada 2022 mengkaji hasil positif palsu pemeriksaan kanker payudara dengan mamografi.

Para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan oleh Konsorsium Pengawasan Kanker Payudara terhadap 3 juta pemeriksaan mammogram untuk 903.495 perempuan berusia 40-79 tahun.

Pemeriksaan mammogram dilakukan antara tahun 2005-2018 di 126 fasilitas radiologi. Studi ini mengevaluasi modalitas skrining, interval skrining, usia dan kepadatan payudara.

Laporan memperkirakan risiko kumulatif seorang perempuan akan menerima setidaknya satu positif palsu selama 10 tahun pemeriksaan tahunan atau dua tahunan.

Risiko positif palsu yang menghasilkan rekomendasi untuk mengulangi pencitraan dalam waktu enam bulan (tindak lanjut dengan interval pendek) dan secara terpisah, dalam rekomendasi biopsi.

Hasil positif palsu umum terjadi. Ada sekitar 12 persen dari pemeriksaan mammogram diberi rekomendasikan untuk pemeriksaan lebih lanjut, lalu 0,5 persen secara keseluruhan didiagnosis kanker.

"Untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini, kita perlu berhati-hati dan menyelidiki setiap temuan yang berpotensi tidak normal. Jadi, perempuan tidak perlu khawatir jika dipanggil untuk pemeriksaan tambahan atau biopsi. Sebagian besar dari hasil ini ternyata tidak berbahaya,” kata Thao-Quyen Ho, ahli radiologi sekaligus peneliti di UC Davis School of Medicine dan salah satu penulis pertama studi tersebut, dilansir UC Davis Health.

Profesor Klinis Departemen Radiologi di Universitas British Columbia, Paula Gordon berpendapat, pemeriksaan lebih lanjut murni untuk alasan preventif.

"Sebagian besar pemeriksaan USG tambahan setelah preventif atau skrining mamografi adalah murni untuk alasan preventif, bukan untuk temuan abnormal, dan tidak perlu segera panik" kata Gordon, dilansir AFP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com