KOMPAS.com - Informasi keliru dari topik-topik yang ramai diperbincangkan masyarakat beredar media sosial.
Polusi udara yang melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) tak luput menjadi bahan hoaks.
Konten hoaks bertema polusi udara itu beragam, mulai imbauan pemakaian masker yang keliru sampai penyebab polusinya.
Sementara, ada pula hoaks politik dan olahraga.
Agar mudah mengidentifikasi mana hoaks dan bukan, berikut rangkuman penelusuran fakta pekan ini.
Tersiar pesan berantai soal sebaran penyakit disentri amoeba. Masyarakat diminta memakai masker untuk menghindari penyakit tersebut.
Disebutkan, penyakit disentri amoeba sampai membuat rumah sakit penuh.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi membantah adanya laporan peningkatan kasus disentri amoeba.
"Tidak ada laporan yang signifikan," kata Nadia, seperti diwartakan Kompas.com, Rabu (23/8/2023).
Pencegahan disentri amoeba tidak dilakukan dengan memakai masker, melainkan dengan rajin cuci tangan dan menjaga kebersihan sanitasi.
Imbauan memakai masker yang disampaikan pemerintah belakangan berkaitan dengan polusi udara di Jabodetabek.
Masih seputar polusi udara di Jabodetabek. Unggahan di media sosial mengeklaim penyebab polusi adalah penyebaran bahan kimia beracun ke langit atau chemtrail.
Faktanya, sumber pencemaran udara paling banyak bersumber dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), industri, pembakaran sampah terbuka, dan limbah elektronik.
Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara mencatat beberapa hari terakhir menunjukkan ada delapan perusahaan terindikasi kuat jadi sumber pencemar udara Jakarta.
Kemunculan jejak putih di langit setelah pesawat terbang melintas adalah fenomena biasa yang disebut condensation trail (contrail).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.