Disinformasi ini misalnya foto anggota KPU mengunjungi kantor partai politik tertentu untuk melakukan verifikasi peserta Pemilu, yang beredar dengan narasi menyesatkan.
"Narasinya kemudian diubah menjadi narasi negatif. Misalnya, anggota KPU datang karena tidak netral. Itu tersebar di masyarakat yang kondisinya sudah terbelah," tuturnya.
Dia menilai, ada upaya untuk merawat rasa permusuhan pada masyarakat yang terpolarisasi.
"Kan pada 2014 orang berantem karena Pemilu, nah emosi itu terus dirawat hingga Pemilu 2019 dan sayangnya merawat emosi itu sampai sekarang," kata Ninis.
Menurut Ninis, elit politik memang telah melakukan rekonsiliasi dan bahkan berkoalisi di pemerintahan setelah Pemilu selesai.
Akan tetapi, residu permusuhan dan polarisasi yang dihasilkan dari setiap Pemilu masih terus bertahan di masyarakat sampai sekarang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.