Menurutnya, hal itu harus dilaksanakan secara ilmiah oleh pemerintah dan masyarakat. Langkah awalnya, pemerintah harus mencari tahu jumlah intensitas hujan tertinggi yang pernah terjadi di Banyuwangi.
Selanjutnya, memperhitungkan luas dan kedalaman sungai yang dibutuhkan untuk mengirim air ke hilir saat terjadi hujan intensitas tinggi, kemudian memperluas atau memperdalam sungai sesuai ukuran yang dibutuhkan.
"Dihitung juga luas terdampak, kalau wadah (sungai) kurang ya diperbesar, misalnya kurang maka dinormalisasi dan harus dilakukan secara matematis, tidak bisa asal keruk," kata Abdillah, saat dihubungi, Selasa (23/2/2023).
Baca juga: Banjir di Banyuwangi, 877 Rumah Terendam
Keberadaan bangunan di bantaran sungai, misalnya di Sungai Kalilo, juga akan menyulitkan berbagai program mitigasi bencana, sehingga pemerintah harus menegakkan tata ruang yang baik di bantaran sungai.
Abdillah mengatakan, secara alami sungai memiliki siklus banjir yang juga berfungsi untuk menormalisasi sedimennya.
Prinsip kawasan hulu ditanami pohon tetap harus diterapkan. Lantaran, pohon mampu memecah butiran hujan yang jatuh serta menyerapnya ke dalam tanah, hingga mengurangi debit air yang turun ke hilir.
Selain itu, penghijauan harus dilakukan di permukiman hingga hilir. Dia mengatakan, meski hanya satu pohon di setiap rumah, itu dapat bermanfaat mencegah banjir bila dilakukan serentak.
"Galakkan lagi agroforestry di halaman rumah. Sebagaimana zaman dahulu semua rumah menanam tanaman, sehingga itu menjadi serapan air dan memecah butiran hujan," kata Abdillah.
Baca juga: Hujan Deras, 6 Kelurahan di Banyuwangi Terendam Banjir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.