Debunking merupakan langkah yang paling sering dilakukan oleh para pemeriksa fakta. Hoaks yang selama ini beredar di media sosial dibantah berdasarkan bukti dan sumber informasi yang kredibel.
Hal ini dilakukan untuk memberi konteks pada masyarakat, melalui bantahan hoaks dengan fakta sesungguhnya.
Debunking dinilai efektif dalam jangka waktu yang pendek dan hanya dapat dilakukan ketika hoaks sudah menyebar.
Ketiga pendekatan tersebut dapat dipadukan agar dapat menyusun penanganan krisis kesehatan yang lebih strategis.
"Kombinasi semua pendekatan ini dapat membantu menciptakan lingkungan informasi yang lebih aman, akuntabel, dan terpercaya," tulis Komisi Eropa di situsnya pada Selasa (21/2/2023).
Dengan memahami siapa saja yang lebih mungkin terpapar hoaks, dapat membantu mengerucutkan tindakan yang lebih efisien.
Selama ini hoaks lebih banyak disebarkan oleh kelompok yang mempercayai teori konspirasi.
Contohnya, kelompok dengan sudut pandang ekstrem dan berkeyakinan kuat lebih sulit dijangkau dan diyakinkan.
JRC menyarankan agar kampanye informasi harus menyajikan bukti epidemiologis melalui saluran tepercaya dan dengan cara yang jelas dan mudah dipahami.
Selain itu, pembuat kebijakan juga perlu mengakui perbedaan keyakinan dan persepsi antara subkelompok populasi.
Menegasikan keberadaan mereka bukan langkah yang tepat dalam penanganan krisis.
Selain itu, pembuat kebijakan juga perlu mempertimbangkan aspek demokrasi.
"Penyebaran informasi palsu dan menyesatkan, serta manipulasi informasi, seringkali sejalan dengan ketidakpercayaan terhadap lembaga publik, pemimpin politik, dan pemerintah," tulis Komisi Eropa.