Dari sekian banyak pertandingan sepak bola yang Collina pimpin, partai antara Manchester United melawan Bayern Munchen di final Liga Champions 1999 merupakan yang paling berkesan baginya.
Kepada Talk Sport, Collina mengaku bahwa partai itu adalah final terbaik dalam sejarah Liga Champion. Sebab, dipenuhi dengan keajaiban.
Manchester United mengalahkan Bayern Munchen secara dramatis lewat dua gol yang tercipta di injury time. Banyaknya orang memprediksi Munchen yang unggul 1-0 hingga menit ke-90 akan menjuarai Liga Champion 1999.
Namun hal itu berubah secara tiba-tiba dalam tiga menit injury time, pasukan Sir Alex Ferguson membalikan keadaan lewat gol yang diciptakan oleh dua orang pemain pengganti, Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer.
Stadion Camp Nou bergemuruh dan menjadi saksi terciptanya keajaiban.
"Itu benar-benar malam yang tidak terlupakan. Terutama selama tiga menit terakhir," kata Collina
"Dengan 3 menit waktu tambahan, dua gol dicetak, dan trofi berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain. Itu menjadi final terbaik dalam sejarah Liga Champions," ucap pria yang lahir di Bologna itu.
Seperti halnya penonton, sampai menit ke-90 Collina berpikir bahwa Munchen-lah yang akan keluar menjadi juara. Sebab, berbagai upaya yang dilakukan Setan Merah tidak berhasil menggetarkan gawang Munchen yang dijaga Oliver Khan.
Hingga akhirnya keajaiban itu datang.
"Sampai 90 menit saya pikir Bayern Munchen akan menang. Setelah gol pertama untuk Manchester United, semua orang menunggu perpanjangan waktu, tetapi kemudian Solskjaer mencetak gol," kenang Collina.
Sosok di balik lamanya injury time
Saat ini Collina dipercaya menjadi Ketua Komite Wasit FIFA. Ia merupakan sosok di balik panjangnya durasi injury time di Piala Dunia Qatar 2022 yang menjadi perhatian publik.
Kepada media, Collina mengatakan bahwa keputusan injury time dengan durasi panjang dilatarbelakangi banyaknya waktu terbuang selama 90 menit pertandingan.
Dikutip dari laman resmi FIFA, berdasarkan analisis yang dilakukan, selama ini pertandingan sepak bola secara efektif hanya dilakukan sekitar 50 menit.
Sedangkan waktu sisanya terbuang karena pemain cedera, pengecekan video assistant referee (VAR), pergantian pemain, maupun selebrasi gol . Sehingga Collina memutuskan bahwa harus ada kompensasi untuk waktu yang terbuang tersebut.