Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pierluigi Collina, Sosok Wasit Ikonik yang Disegani...

Kompas.com - 13/02/2023, 14:45 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berkepala pelontos dengan tatapan mata yang tajam menjadi ciri khas seorang Pierluigi Collina. Selama 28 tahun berkarier sebagai wasit sepak bola, Collina menjadi sosok yang disegani di lapangan.

Ia dikenal luas karena ketegasan dan ketenangannya dalam mengambil keputusan.

Pria kelahiran 13 Februari 1960 itu pun kerap dipercaya memimpin sejumlah pertandingan penting, baik di level klub maupun negara. Beberapa laga penting yang pernah dipimpin Collina di antaranya adalah final Piala Dunia 2002 antara Brasil dan Jerman.

Collina juga menjadi pengadil di lapangan ketika Manchester United mengalahkan Bayern Munchen secara dramatis pada final Liga Champions 1999.

Berkat kepiawaiannya dalam memimpin pertandingan, Collina diganjar beberapa penghargaan. Paling menonjol adalah ketika ia ditetapkan menjadi wasit terbaik versi International Federation of Football History & Statistics (IFFHS). Ia meraih penghargaan itu selama lima tahun berturut-turut dari 1998 sampai 2003.

Dilansir History of Soccer, dulunya Collina bercita-cita menjadi pemain sepak bola. Ia sempat menjadi pemain sepak bola di sebuah klub lokal di Italia.

Namun, ketika menginjak usia 17 tahun Collina menyadari bahwa ia tidak mempunyai bakat untuk menjadi pemain sepak bola.

Collina pun akhirnya banting setir dengan mencoba peruntungan sebagai seorang wasit sepak bola dan mulai mengikuti kursus untuk profesi tersebut. Hal itu ia lakukan setelah mendengar saran dari seorang temannya.

Keputusan Collina pun berbuah manis, ia memulai kariernya sebagi wasit profesional dengan memimpin sejumlah pertandingan di Serie-C. Perkembangan Collina yang pesat membuatnya dipromosikan ke level kompetisi yang lebih tinggi.

Hingga akhirnya, pada 1991 ia menjadi wasit di Serie-A yang merupakan kompetisi tertinggi di Italia.

Ketegasan dan ketenangannya dalam memimpin pertandingan di Serie-A membuat Collina menjadi sosok yang banyak mendapat pujian. Ia tidak mudah terintimidasi oleh pemain yang terkenal vokal dan berkharisma seperti Paolo Maldini hingga Roberto Baggio.

Collina sendiri memulai kariernya di turnamen besar internasional ketika ditunjuk menjadi wasit Olimpiade 1996. Di ajang itu Collina juga dipercaya menjadi wasit untuk partai final antara Argentina melawa Nigeria.

Collina akhirnya memutuskan pensiun sebagai wasit pada 2005 di usia 45. Sebenarnya federasi sepak bola Italia sempat memperpanjang karier Collina satu tahun lagi hingga 2006.

Namun pada akhirnya rencana itu dibatalkan setelah Collina menandatangani kesepakatan sponsor dengan Opel, yang kala itu juga menyeponsori klub Italia, AC Milan.

Pertandingan Everton melawan Villareal di kualifikasi Liga Champions pada 24 Agustus 2005 pun menjadi penutup kariernya sebagai wasit sepak bola.

Final Liga Champions 1999 paling berkesan

Dari sekian banyak pertandingan sepak bola yang Collina pimpin, partai antara Manchester United melawan Bayern Munchen di final Liga Champions 1999 merupakan yang paling berkesan baginya.

Kepada Talk Sport, Collina mengaku bahwa partai itu adalah final terbaik dalam sejarah Liga Champion. Sebab, dipenuhi dengan keajaiban.

Manchester United mengalahkan Bayern Munchen secara dramatis lewat dua gol yang tercipta di injury time. Banyaknya orang memprediksi Munchen yang unggul 1-0 hingga menit ke-90 akan menjuarai Liga Champion 1999.

Namun hal itu berubah secara tiba-tiba dalam tiga menit injury time, pasukan Sir Alex Ferguson membalikan keadaan lewat gol yang diciptakan oleh dua orang pemain pengganti, Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer.

Stadion Camp Nou bergemuruh dan menjadi saksi terciptanya keajaiban.

"Itu benar-benar malam yang tidak terlupakan. Terutama selama tiga menit terakhir," kata Collina

"Dengan 3 menit waktu tambahan, dua gol dicetak, dan trofi berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain. Itu menjadi final terbaik dalam sejarah Liga Champions," ucap pria yang lahir di Bologna itu.

Seperti halnya penonton, sampai menit ke-90 Collina berpikir bahwa Munchen-lah yang akan keluar menjadi juara. Sebab, berbagai upaya yang dilakukan Setan Merah tidak berhasil menggetarkan gawang Munchen yang dijaga Oliver Khan.

Hingga akhirnya keajaiban itu datang.

"Sampai 90 menit saya pikir Bayern Munchen akan menang. Setelah gol pertama untuk Manchester United, semua orang menunggu perpanjangan waktu, tetapi kemudian Solskjaer mencetak gol," kenang Collina.

Sosok di balik lamanya injury time

Saat ini Collina dipercaya menjadi Ketua Komite Wasit FIFA. Ia merupakan sosok di balik panjangnya durasi injury time di Piala Dunia Qatar 2022 yang menjadi perhatian publik.

Kepada media, Collina mengatakan bahwa keputusan injury time dengan durasi panjang dilatarbelakangi banyaknya waktu terbuang selama 90 menit pertandingan.

Dikutip dari laman resmi FIFA, berdasarkan analisis yang dilakukan, selama ini pertandingan sepak bola secara efektif hanya dilakukan sekitar  50 menit.

Sedangkan waktu sisanya terbuang karena pemain cedera, pengecekan video assistant referee (VAR), pergantian pemain, maupun selebrasi gol . Sehingga Collina memutuskan bahwa harus ada kompensasi untuk waktu yang terbuang tersebut.

"Masalah pertandingan dengan waktu efektif kurang lebih 50 menit adalah sesuatu yang berlangsung hingga sekarang," kata Collina.

"Orang-orang ingin menonton sepak bola lebih lama. Kami, FIFA dan IFAB telah diminta untuk melakukan sesuatu," tuturnya.

Di Piala Dunia Qatar 2022, kebijakan memberi injury time dengan durasi panjang diterapkan di beberapa pertandingan yang waktunya sempat terbuang.

Salah satunya adalah partai Inggris melawan Iran. Di pertandingan tersebut, total wasit memberikan injury time hingga 23 menit yang terbagi di babak pertama dan kedua.

Penambahan injury time yang relatif lama di Piala Dunia Qatar pun membuat setiap pertandingan rata-rata memiliki waktu efektif bermain sekitar 60 menit.

Menurut Collina, kebijakan penambahan injury time dengan durasi panjang sebenarnya telah mulai diterapkan di Piala Dunia Rusia 2018. 

"Kami sudah melakukan sesuatu seperti ini di Rusia. Kami meminta wasit untuk mencoba menghitung dengan lebih akurat jumlah injury time yang mereka tambahkan di setiap akhir babak," kata dia.

Menurut Collina, kebijakan penambahan injury time dengan durasi lama mendapat respons positif dari para penggemar sepak bola. Sebab, mereka bisa melihat pertandingan yang berkualitas dan tidak membuang-buang waktu.

"Responsnya positif, terutama dari penonton di stadion. Tidak ada reaksi negatif dari orang-orang yang saya temui," ujar Collina. 

"Saya pikir penting untuk menawarkan kepada penonton yang hadir dan mereka yang menonton di televisi pertunjukan dan hiburan yang bagus," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Restoran Burger Cepat Saji Akan Tutup Permanen

[HOAKS] Restoran Burger Cepat Saji Akan Tutup Permanen

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Pengibaran Bendera Palestina di PBB pada 2015, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Pengibaran Bendera Palestina di PBB pada 2015, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Kucing Selamat dari Kebakaran di Jeddah, Tidak Terkait Serangan Israel

[KLARIFIKASI] Video Kucing Selamat dari Kebakaran di Jeddah, Tidak Terkait Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Elon Musk Mabuk karena Pengaruh Obat

[HOAKS] Video Elon Musk Mabuk karena Pengaruh Obat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Menag Minta Masyarakat Ikhlaskan Dana Haji untuk Pembangunan IKN

[HOAKS] Menag Minta Masyarakat Ikhlaskan Dana Haji untuk Pembangunan IKN

Hoaks atau Fakta
Waspadai Pesan SMS Phishing Mengatasnamakan Pos Indonesia

Waspadai Pesan SMS Phishing Mengatasnamakan Pos Indonesia

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks! Seniman Suriah Bikin Patung Liberty dari Reruntuhan Rumahnya

INFOGRAFIK: Hoaks! Seniman Suriah Bikin Patung Liberty dari Reruntuhan Rumahnya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Ferdy Sambo Berada di Luar Negeri, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Promosi Judi Online

[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Promosi Judi Online

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Nenek Kembar Empat Berusia 90 Tahun

[HOAKS] Foto Nenek Kembar Empat Berusia 90 Tahun

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Mobil Kepresidenan Parkir di Kantor Polisi Cirebon

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Mobil Kepresidenan Parkir di Kantor Polisi Cirebon

Hoaks atau Fakta
Ketika Henry Ford Menguji Coba Mobil Pertamanya pada 1896

Ketika Henry Ford Menguji Coba Mobil Pertamanya pada 1896

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Kapolri Tutup Kasus Vina Cirebon

[HOAKS] Kapolri Tutup Kasus Vina Cirebon

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] MPR Sepakat Tidak Melantik Gibran sebagai Wakil Presiden

[HOAKS] MPR Sepakat Tidak Melantik Gibran sebagai Wakil Presiden

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Pernikahan Sesama Jenis di Wonosobo

[HOAKS] Video Pernikahan Sesama Jenis di Wonosobo

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com