KOMPAS.com - Lebih dari dua tahun pandemi Covid-19 merebak di berbagai negara. Informasi palsu terkait hal itu pun terus beredar di media sosial.
Salah satunya, unggahan berbahasa Sinhala, bahasa resmi Sri Lanka, terkait subvarian Omicron XBB, oleh akun Facebook ini, ini dan ini, serta artikel ini.
Diberitakan AFP, unggahan itu menjelaskan secara terperinci mengenai kemunculan subvarian XBB. Pada Agustus 2022, kasus pertama Omicron XBB teridentifikasi di India.
Enam bulan kemudian disebutkan subvarian bernama XBB.1.5 yang terdeteksi di Amerika Serikat, yang juga telah menyebar ke Eropa.
Subvarian ini disebutkan yang paling menular dan lima kali lebih mematikan daripada varian Delta. Unggahan itu juga berisi gejala-gejala yang harus diwaspadai.
Unggahan itu diikuti keterangan bahwa klaim yang dikemukakan berasal dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Benarkah demikian?
AFP telah memeriksa publikasi di akun resmi Facebook dan Twitter PBB hingga tanggal 20 Januari 2023, dan tidak menemukan pengumuman subvarian Covid-19 XBB lima kali lebih mematikan daripada Delta.
Covid-19 subvarian Omicron XBB memang ada. Namun perwakilan PBB di Sri Lanka mengatakan, pihaknya tidak pernah mengumumkan Omicron XBB lima kali lebih mematikan daripada Delta.
"Kantor PBB di Sri Lanka belum mengeluarkan pernyataan atau surat seperti itu," kata juru bicara perwakilan PBB Sri Lanka, pada Selasa, 10 Januari 2023.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Sri Lanka juga mengatakan, belum ditemukan mutasi apa pun dari varian XBB.1.15 yang memengaruhi tingkat keparahannya. Pengukuran tingkat keparahan subvarian tersebut tengah dilakukan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.