Barbier tertarik dengan literasi, lalu membuat sistem membaca menggunakan titik-titik timbul.
Dia mengembangkan sistem bagi tentara di garis depan untuk bertukar catatan secara diam-diam dalam kegelapan.
Sistem Barbier memetakan tiap huruf dalam kotak. Setiap huruf akan diwakili oleh dua baris titik. Dengan menghitung titik, orang dapat mengonversikannya dengan huruf.
Ia pun ingin mengenalkan sistem membaca itu ke kalangan tunanetra, karena tangan dapat dengan mudah merasakan titik-titik timbul tersebut.
Barbier mengenalkan sistem membaca itu ke Royal Institution for Blind Youth pada 1821. Salah satu siswa pertama yang berkesempatan mempelajarinya adalah Louis Braille.
Louis menyadari bahwa sistem membaca yang dikenalkan Barbier dapat dikembangkan dengan lebih efektif.
Menginjak usia 15 tahun, dia membuat sebuah sistem titik-titik timbul adaptasi, yang ditulis dengan instrumen sederhana sesuai kebutuhan tunanetra.
Louis menyusun kode yang terdiri atas enam titik dalam berbagai kombinasi, dan menyesuaikannya dengan notasi musik.
Dia menerbitkan risalah tentang sistem tipenya pada 1829, dan pada 1837 dia menerbitkan buku ajar sejarah populer untuk sekolah edisi Braille dalam tiga jilid.
Buku huruf braille edisi 1837 masih digunakan hingga kini. Penemuannya telah membantu tunanetra untuk membaca dan menulis dengan lebih efektif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.