KOMPAS.com - Piala Dunia Qatar 2022 diwarnai kontroversi mengenai kampanye dukungan terhadap keberagaman orientasi seksual.
Inisiatif kampanye One Love ini awalnya didukung oleh negara-negara Eropa, seperti Belanda, Belgia, Denmark, Perancis, Inggris, Jerman, Norwegia, Swedia, Swiss, dan Wales.
Dilansir ESPN, Rabu (21/9/2022), Belanda menginisiasi penggunaan ban kapten bermotif pelangi oleh tim peserta Piala Dunia.
Kendati demikian, inisiatif tersebut bertentangan dengan budaya dan nilai yang dianut Qatar sebagai tuan rumah.
Ketegangan makin serius karena suporter di beberapa negara dengan budaya dan nilai serupa mulai menunjukkan sentimennya.
Berikut kumpulan informasi keliru seputar kontroversi tersebut, beserta penelusuran faktanya.
Isu soal ban kapten pelangi dengan cepat jadi perbincangan di media sosial. Muncul narasi mengenai daftar negara Eropa yang akan memakai ban tersebut pada Piala Dunia 2022.
Meski sempat ada wacana mengenai pemakaian ban lengan pelangi bagi kapten kesebelasan, tetapi hal itu urung dilakukan.
Desain ban lengan untuk pertandingan Piala Dunia telah diatur oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).
Desain ban lengan sesuai aturan, yakni ban dengan warna yang mengisyaratkan warna bendera negara bersangkutan.
Ban lengan juga boleh dibuat mencolok dengan warna yang kontras dengan warna jersey pemain.
Sebelum Piala Dunia, Kapten Tim Perancis Hugo Lloris bahkan mengisyaratkan dia tidak akan mengenakan ban kapten berwarna pelangi.
Secara garis besar, dia beralasan menghormati FIFA dan menghargai Qatar sebagai tuan rumah, termasuk budaya di negara tersebut.
Kesimpulannya, narasi mengenai daftar negara yang memakai ban lengan pelangi keliru. Tidak ada kapten tim yang memakai ban lengan pelangi sejauh Piala Dunia berlangsung.
Simak fakta selengkapnya di sini.