Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AMSI: Hulu Produsen Hoaks di Indonesia Belum Dapat Dilacak

Kompas.com - 01/12/2022, 07:34 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Dalam Indonesia Fact Checking Summit 2022, kolaborasi CekFakta.com menyadari bahwa hingga kini belum ada pelacakan produsen hoaks di Indonesia.

Kolaborasi yang digawangi oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini, selama ini telah banyak melakukan debunking.

Debunking yang dimaksud merupakan langkah menerbitkan artikel-artikel sanggahan terhadap sebaran hoaks di media sosial.

Sementara, langkah untuk melacak sumber hoaks itu sendiri belum banyak dilakukan.

"Kita selama ini tidak pernah bisa men-trace sampai ke ujung, siapa produsen disinformasinya," ujar Sekretaris Jenderal AMSI, Wahyu Dhyatmika dalam sesi talkshow, Rabu (30/11/2022).

Pria yang akrab disapa Komang itu menilai, ada banyak celah ketika pemeriksa fakta hanya berfokus pada debunking saja, terutama di masa-masa pemiilihan umum (pemilu).

"Kita belum banyak tahu bagaiaman artikel-artikel cek fakta itu diterima oleh publik, sejauh mana disemenasinya, sejauh mana mengubah persepsi," ucapnya.

Ambil contoh Pemilu Filipina di tahun ini yang tak lepas dari banjirnya informasi palsu di media sosial.

Pada 8 Mei 2022, BBC menerbitkan laporan tentang seseorang yang dibayar untuk membuat dan menyebar hoaks politik.

Produsen hoaks ini mengelola ratusan halaman Facebook dan profil palsu untuk kliennya, yakni gubernur, anggota kongres, hingga wali kota.

"Yang dilakukan di Filipina, mereka membuat tim hukum untuk mengejar pembuat hoaksnya dan diadukan ke jalur hukum," tutur Komang.

Kasus semacam itu bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia. Kendati demikian, Komang mewanti-wanti agar jangan sampai langkah untuk menangkal disinformasi justru membungkan kebebasan berekspresi.

"Tentu ini harus dibicarakan supaya jangan tergelincir menjadi wilayah pembungkaman kebebasan berekspresi. Kita bisa sepakati untuk kelompok-kelompok yang memang dibayar untuk mengacaukan ekosistem informasi, harusnya ada pendekatan yang bersifat legal," kata dia.

Ada kelompok yang memang sadar bahwa informasi yang mereka sebarkan salah, banyak pula yang menyebar karena tidak memahami faktanya.

Kolaborasi CekFakta.com dan berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu 2024, memiliki PR besar untuk mengatasi keduanya.

"Kita sangat boleh memiliki pilihan atau opini yang berbeda, tetapi kita tidak boleh memiliki pemahaman yang tidak sama dengan fakta," ujar Komang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

Hoaks atau Fakta
Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! Ronaldo Kritik Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! Ronaldo Kritik Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Prabowo Menikah dan Bahaya Vaksin AstraZeneca

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Prabowo Menikah dan Bahaya Vaksin AstraZeneca

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Restoran Siap Saji Terbengkalai

[HOAKS] Foto Restoran Siap Saji Terbengkalai

Hoaks atau Fakta
Sejumlah Konten Hoaks Mencatut Timnas Indonesia di Piala Asia U23...

Sejumlah Konten Hoaks Mencatut Timnas Indonesia di Piala Asia U23...

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Puan Maharani Promosikan Obat Nyeri Sendi

[VIDEO] Beredar Hoaks Puan Maharani Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pengurangan Populasi Jadi 800 Juta Jiwa pada 2030

[HOAKS] Pengurangan Populasi Jadi 800 Juta Jiwa pada 2030

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru soal Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

INFOGRAFIK: Konteks Keliru soal Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Sejarah dan Fakta
Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Data dan Fakta
[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com