Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unggahan Keliru, Foto yang Diklaim Menggambarkan Ular Piton Telan Perempuan di Indonesia

Kompas.com - 09/11/2022, 16:49 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah foto ular dengan kulit berwarna coklat bermotif dan perut melembung, beredar di Facebook dengan keterangan berbahasa Urdu.

Dilansir dari AFP, keterangan yang disertakan menyatakan bahwa foto itu menunjukkan seekor ular piton yang telah menelan seorang perempuan warga Indonesia.

Berbagai unggahan yang diunggah akhir Oktober dan awal November 2022 itu bisa dilihat di sini, sini, sini, dan sini dengan gambar dan klaim serupa.

Berikut sebagian keterangan yang disertakan:

Seorang wanita di Indonesia ditelan hidup-hidup oleh seekor ular ketika dia pergi mengumpulkan karet di hutan. Insiden itu terjadi pada 23 Oktober di Provinsi Jambi di Pulau Sumatera, Indonesia.

Wanita berusia 54 tahun itu hilang pada Minggu pagi untuk mengambil karet dari hutan. Ketika wanita bernama Jahrah tidak sampai di rumah pada malam hari, suaminya mulai mencari dan menemukan sandal, syal, jaket, dan peralatan kerja dari hutan.

Segera setelah itu, sang suami meminta bantuan dari orang lain dan keesokan paginya seekor ular terlihat di dekat tempat menghilangnya.

Unggahan itu beredar setelah kejadian ditemukan jenazah seorang perempuan penyadap karet di dalam perut seekor ular piton di Provinsi Jambi pada 24 Oktober 2022.

Seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, perempuan bernama Zahara itu dinyatakan hilang setelah tak pulang dari bekerja di kebun karet, pada hari Minggu (23/10/2022).

Keesokan harinya, jenazahnya ditemukan di perut ular sepanjang 6 meter itu, yang merupakan hasil dari pencarian bersama-sama yang dilakukan warga.

Namun, benarkah foto yang beredar di Facebook dengan keterangan berbahasa Urdu merupakan ular piton yang menelan Zahra?

Berdasarkan penelusuran AFP dengan metode reverse image search, diketahui bahwa foto itu identik dengan berita di Business Insider India yang terbit 2 Juli 2015.

Berita itu mengatakan, foto tersebut sebetulnya memperlihatkan ular piton yang telah menelan landak di Afrika Selatan, bukan menelan perempuan di Provinsi Jambi, Indonesia.

Namun, setelah enam hari menelan landak yang memiliki duri-duri tajam yang menyelimuti tubuhnya sebagai sistem perlidungan diri itu, ular tersebut mati.

"Keadaan yang tidak biasa menyebabkan kematian dini salah satu spesies ular terbesar di dunia, python batu Afrika, pada 20 Juni," sebagian keterangan artikel tersebut.

Salah satu petugas Lake Eland Game Reserve, Afrika Selatan, Jennifer Fuller mengatakan, sebetulnya tubuh ular piton sepanjang 3,9 meter seperti itu biasanya mampu mencerna landak berduri.

"Bukan hal yang aneh jika ular piton memakan landak, itu bagian dari makanan mereka," kata Fuller pada AFP.

Dia memperkirakan ular di dalam foto yang beredar itu stress karena menjadi tontonan manusia. Kemudian, saat hendak memuntahkan landak, sebagian duri tersangkut di saluran pencernaan dan membuatnya mati.

Berdasarkan penelusurannya itu, AFP menyatakan bahwa foto dengan narasi yang menyatakan bahwa piton tersebut sebagai ular yang menelan perempuan Indonesia adalah salah.

Memang ada peristiwa terkait piton yang menelan seorang perempuan di Provinsi Jambi, Indonesia.

Namun, gambarnya berbeda dengan yang beredar di Facebook dengan keterangan berbahasa Urdu tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Korban Serangan Israel di Gaza pada 2014 Dibagikan dengan Konteks Keliru

[KLARIFIKASI] Foto Korban Serangan Israel di Gaza pada 2014 Dibagikan dengan Konteks Keliru

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar Gaji ke-13 PNS Akan Dihentikan

INFOGRAFIK: Tidak Benar Gaji ke-13 PNS Akan Dihentikan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seorang Ibu di AS Disuntik Mati karena Telantarkan Anaknya

[HOAKS] Seorang Ibu di AS Disuntik Mati karena Telantarkan Anaknya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Helikopter yang Ditumpangi Presiden Iran Terbakar

[HOAKS] Foto Helikopter yang Ditumpangi Presiden Iran Terbakar

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Belum Ada Keputusan Diskualifikasi Timnas Israel di Olimpiade Paris

[KLARIFIKASI] Belum Ada Keputusan Diskualifikasi Timnas Israel di Olimpiade Paris

Hoaks atau Fakta
Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com