Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Sebuah foto beredar di media sosial, diklaim sebagai foto wajah seseorang yang terkena cacar monyet.
Disebutkan, penyakit ini disebabkan oleh virus yang dibawa warga negara asing (WNA) ke Indonesia.
Berdasarkan penelusuran dan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar.
Belum ada kasus konfirmasi positif cacar monyet yang terdeteksi di Indonesia.
Foto wajah seseorang terkena cacar monyet yang dibawa WNA ke Indonesia, disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasinya:
Salah satu contoh yg terserang cacar monyet, ini bukan jerawat ya, ini di sebabkan oleh virus yg dibawa WNA ke indonesia
Fakta paling mendasar yang penting diketahui adalah belum ada kasus cacar monyet terdeteksi di Indonesia ketika foto tersebut disebarkan.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Syahril melaporkan situasi terkini melalui konferensi pers Perkembangan Kasus Cacar Monyet di Indonesia, yang disiarkan di YouTube Kemenkes Rabu (27/7/2022).
"Alhamdulillah sampai dengan hari ini sejak diumumkan kasus pertama di Inggris, kita belum ada kasus konfirmasi, probable maupun suspek" ucapnya.
Sebelumnya, Kemenkes menemukan sembilan kasus suspek, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS), sembilan kasus tersebut dinyatakan negatif cacar monyet.
"Kemarin ada sembilan kasus yang suspek, tapi ternyata mereka dikeluarkan dan di WGS atau dilakukan sequencing hasilnya negatif tidak ditemukan cacar monyet," kata Syahril.
Terkait sumber foto, melalui hasil penelusuran di mesin pencari TinEye, foto itu sudah beredar secara online setidaknya sejak 2017.
Salah satu foto terlama, ditemukan di situs Reddit yang diunggah pada 1 September 2017.
Terkait foto tersebut, dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK menjelaskan, untuk mendiagnosis seseorang menderita cacar air atau tidak.
"Untuk foto, sepertinya jauh ya kalau dari tandan klinis monkeypox dan kami tidak bisa mendiagnosis hanya dari foto saja karena penyakit kulit itu satu dengan yang lain bisa mempunyai gejala dan tanda yang mirip," ujar Oke saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/7/2022).
Selain itu, penting pula menelusuri riwayat kontak seseorang untuk menetapkannya sebagai suspek.
"Informasi mengenai riwayat perjalanan dari daerah yang sedang mengalami endemi monkeypox (dalam rentang waktu 21 hari sebelumnya), atau riwayat kontak dengan pasien yang mungkin mengalami monkeypox harus digali lebih lanjut," imbuhnya.
Menurut rilis Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), ruam kulit pada masa erupsi kulit akibat cacar monyet, memang cenderung tekonsentrasi di wajah. Namun, jumlah lesi dapar bervariasi dari sedikit hingga beberapa ribu.
"Kemudian mengenai gejala klinisnya berupa ruam kulit kemerahan yang berubah menjadi lenting dan nanah (terutama bila terjadi pada daerah yang non endemi), disertai gejala demam akut, nyeri kepala, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri otot, nyeri punggung," ujar Oke.
Adapun setiap individu yang suspek atau mengalami gejala cacar monyet, harus melalui pemeriksaan labolatorium. Diagnosisnya dapat menggunakan real-time PCR.
"Konformasi positif harus menggunakan PCR," tutur Oke.
Foto yang beredar di media sosial, bukanlah wajah seseorang terkena cacar monyet yang dibawa WNA ke Indonesia. Itu adalah informasi menyesatkan.
Belum ada kasus cacar monyet terdeteksi di Indonesia ketika foto tersebut disebarkan. Kemenkes melaporkan bahwa Indonesia masih nol cacar monyet.
Mendiagnosis seseorang terkena cacar monyet tidak dapat dilakukan hanya dengan foto, melainkan pemeriksaan riwayat kontak dan pemeriksaan laboratorium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.