Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Pius IX, Masa Pelayanan Terlama hingga Perjuangan Melawan Epilepsi

Kompas.com - 16/06/2022, 19:19 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Tanggal 16 Juni 1846 menjadi momen bersejarah bagi umat Katolik dengan terpilihnya Paus Pius IX (1792-1878).

Sejarah mencatat bahwa Paus Pius IX yang terpilih melalui konklaf (pemungutan suara yang dilakukan para kardinal) itu kemudian menjadi Paus dengan masa pelayanan terlama.

Paus Pius IX memimpin sejak 1846–1878, atau tepatnya selama 31 tahun, 7 bulan, and 23 hari.

Selama masa kepemimpinannya, pria dengan nama lahir Giovanni Maria Mastai-Ferretti itu memimpin Negara Gereja melewati masa sulit. Periode saat itu diwarnai perang antarnegara, juga konflik antara kelompok konservatif dengan kelompok liberal.

Kondisi sulit ini menyebabkan dia menjadi pemimpin terakhir Negara Gereja, yang kemudian berakhir pada 1870.

Baca juga: Lisa del Giocondo dan Misteri Sosok Asli Mona Lisa

Perjuangan melawan epilepsi

Kehidupan Paus Pius IX terbilang tidak mudah, sebab dia berjuang melawan penyakit epilepsi yang menderanya di masa muda.

Dilansir dari situs The Embryo Project Encyclopedia yang dikelola peneliti Arizona State University (ASU), Amerika Serikat, Kamis (16/6/2022), Giovanni lahir sebagai bungsu dari sembilan bersaudara.

Orangtuanya, pasangan Caterina Solazzi dan Pangeran Girolamo Mastai-Ferretti merupakan keluarga bangsawan lokal di Senigallia, Italia. Mereka juga berperan penting di Negara Gereja.

Ibunya memberikan pendidikan Katolik kepada Giovanni muda sejak usia dini. Ini menyebabkan Giovanni kecil mendapat pendidikan Katolik pada 1803 di Sekolah Saint Michael di Volterra, Provinsi Toscana, Italia.

Akan tetapi, upaya Giovanni muda melanjutkan pendidikan tinggi di Volterra sempat terhenti pada 1809, karena penyakit epilepsi yang menderanya.

Padahal, beberapa literatur mengatakan Giovanni muda sangat agamis dan cerdas. Tekadnya pun tinggi hingga ia kembali mencoba melanjutkan studi di Roma dengan tinggal di rumah pamannya.

Baca juga: Arti Magna Carta, Ketika Raja Inggris Harus Tunduk pada Hukum...

Namun, epilepsi yang tak kunjung pergi membuat studinya berhenti lagi pada 1812. Sekali lagi, epilepsi menghalangi perannya dalam pengabdian pada agama saat dia bertugas sebagai pengawal Paus.

Dia tetap tidak mundur menghadapi penyakit dengan gejala kejang itu. Dia menyatakan ingin masuk Imamat dengan dukungan Paus Pius VII yang juga berasal dari Senigallia.

Pada 1818, dia mendapatkan tugas misionaris di kampung halamannya. Dan sekembalinya dari tugas itu, Giovanni muda terus mendapatkan peran-peran dan kedudukannya meningkat, hingga terpilih sebagai Paus pada 16 Juni 1846.

Nama Paus Pius IX dipilihnya sebagai pengormatan pada Paus Pius VII yang selalu memberinya dukungan.

Kondisi yang dihadapinya saat itu tidaklah ringan, dengan kuatnya dorongan agar Negara Gereja melakukan reformasi.

 

St Peter's Square di Kota VatikanWikimedia Commons/Diliff St Peter's Square di Kota Vatikan

Antara kelompok konservatif dan liberal

Paus Pius IX dengan pandangan moderatnya pada periode itu memang telah memberikan kebijakan baru.

Kebijakan itu misalnya: memberikan amnesti untuk kejahatan politik, memberikan kebebasan pers, dan menolak untuk berperang bahkan ketika revolusi membayangi.

Namun, langkah yang dipersiapkan itu tetap tak cukup untuk menjadi penangah perselisihan antara kelompok konservatif dan liberal yang sedang mengarah pada gerakan revolusi.

Dilansir dari Britannica.com pada Kamis (16/6/2022), ketidakpuasan pada Negara Gereja dinyatakan oleh hampir seluruh Eropa yang menuntut reformasi.

Baca juga: Brasil Bangun Konsep Wisata Sejarah, Telusuri Jalur Kuno Tembusan Samudra Atlantik-Pasifik

Duta besar Perancis, Inggris, Austria, Rusia, dan Prusia di Roma pada 1831 membuat sebuah memorandum berisi saran agar dibentuk sebuah dewan yang bertugas membantu pemerintah lokal dalam mengendalikan keuangan.

Kemudian, tuntutan agar peran pendeta yang sebelumnya dominan dalam urusan administrasi dan sistem peradilan untuk dihentikan.

Di sisi lain kelompok nasionalis menuduh dirinya sebagai salah satu instrumen bagi Austria untuk mempertahankan dominasinya atas semenanjung.

Dalam kondisi seperti itu Pius IX tetap bersikukuh untuk berada di tengah. Pada pidatonya di depan para kardinal pada 29 April 1848, dia menyampaikan akan bertindak sebagai penonton dan tidak tertarik terlibat gerakan revolusi.

Dia menjelaskan bahwa reformasi yang akan dilakukan tetap sesuai dengan program-program yang telah dibahas dan disetujui sebelumnya.

Kaum nasionalis Italia mengatakan isi pidato itu menunjukkan permusuhan terhadap tujuan nasional. Mereka menganggap Negara Gereja tidak mengambil peran, melainkan hanya menjadi peredam belaka.

Pius IX berupaya mencegah revolusi di Roma dengan mengangkat menteri-menteri dari unsur rakyat, namun tak berhasil, malah salah satunya terbunuh.

Kondisi terus memanas hingga Pius IX melarikan diri pada 24-25 November 1848 ke Gaeta di Kerajaan Napoli dengan bantuan duta besar Perancis dan Bavaria.

Berkat bantuan secara militer dan diplomatik dari Penguasa Perancis dan Austria, Pius IX dapat kembali ke ibu kota Negara Gereja di Istana Lateran, tanpa syarat.

Namun kemudian, pada 1870 saat kekuasaan atas Roma berada di tangan Raja Victor Emmanuel II (Vittorio Emanuele II), pemerintahan Negara Gereja yang dipimpin Pius IX berakhir.

Pius IX pun pindah dari Istana Lateran ke Vatikan yang kemudian mengurung diri dan tutup usia delapan tahun kemudian.

Raja Victor Emanuele II berkali-kali melakukan pendekatan pada Vatikan, hingga akhirnya terbentuklah Negara Kota Vatikan atau Takhta Suci Vatikan yang seperti saat ini, dengan ditandatanganinya Traktat Lateran pada 11 Februari 1929.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Sejarah dan Fakta
Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Data dan Fakta
[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

INFOGRAFIK: Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Cairan Batang Pisang Berkhasiat Hancurkan Batu Ginjal

[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Cairan Batang Pisang Berkhasiat Hancurkan Batu Ginjal

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

[VIDEO] Beredar Hoaks Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com