Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan Indonesia sedang dilanda fenomena cuaca gelombang panas (heatwave).
Informasi itu mengeklaim, gelombang panas menyebabkan suhu meningkat drastis hingga mencapai 40-50 derajat Celcius saat siang dan malam hari.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut tidak benar.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, cuaca panas yang belakangan ini dirasakan di Indonesia bukan karena gelombang panas.
Informasi yang menyebutkan Indonesia tengah dilanda gelombang panas dibagikan di Facebook oleh akun ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang dibagikan:
Tahun ini gelombang panas sedang melanda negeri kita
Suhu bisa mencapai 40-50 derajat Celcius baik pada siang atau melam hari.
Diwartakan Kompas.com, 9 Mei 2022, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, cuaca panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan disebabkan fenomena gelombang panas.
Guswanto menjelaskan, gelombang panas (heatwave) menurut World Meteorological Organization (WMO) didefinisikan sebagai fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut.
Pada saat terjadi heatwave, suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celcius atau lebih.
Guswanto menyebutkan, fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi, seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah.
"Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas atau terik dalam skala variabilitas harian," kata Guswanto.
Guswanto mengatakan,berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33-36,1 derajat Celcius.
Sementara itu, suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celcius terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.
"Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38,8 derajat Celcius di Palembang pada tahun 2019, sedangkan di bulan Mei sekitar 38,8 derajat Celcius di Temindung Samarinda pada tahun 2018," ujar Guswanto.
Adapun fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari tersebut, dipicu salah satunya oleh posisi semu matahari yang saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator, yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.
"Tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi," ucapnya.
Dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, lanjut dia, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi terik pada siang hari.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang menyebutkan Indonesia saat ini tengah dilanda gelombang panas adalah hoaks.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, cuaca panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukanlah fenomena gelombang panas.
Salah satu faktor yang memicu cuaca panas saat ini adalah posisi semu matahari yang sudah berada di wilayah utara ekuator, yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.