Pada 1350 sebelum Masehi (SM), orang Het atau yang sekarang berlokasi di Turki, membuat sendok besi dengan cekungan yang dangkal dan pegangan lurus.
Sementara, sekitar 1200 SM orang Mesir membuat sendok serupa yang tebuat dari gading, batu tulis, dan kayu. Mereka juga membuat sendok dari tanduk binatang yang dilunakkan dalam air dan dibentuk.
Adapun orang Yunani dan Romawi kuno membuat pisau dan sendok dari perunggu.
Kemudian, pada abad pertengahan, orang Eropa membuat sendok dari kayu, timah, atau perak dengan gagang yang ujungnya berbentuk seperti kenop. Bentuknya semakin bervariasi, hingga pada abad ke-16, gagang sendok di Eropa dihiasi ukiran atau figur orang suci hingga tokoh agama.
Gagasan menggunakan garpu dan pisau, baru muncul satu abad setelahnya.
Baca juga: Melihat Kembali Sejarah Kemunculan Istilah Post-truth...
Penggunaan garpu untuk membantu makan sebenarnya sudah diperkenalkan dari Byzantium ke Yunani sekitar tahun 1100 M.
Penggunaannya menjadi pipuler pada akhir 1500-an, lantaran Ratu Elizabeth I, mulai membawa koper yang dilengkapi dengan pisau logam runcing kecil, sendok bundar bergagang lurus, dan garpu kecil dengan dua gagang panjang sebagai satu set alat makan.
Satu setengah abad kemudian, orang Inggris kaya dan pedagang Amerika mulai menggunakan garpu, sendok, dan pisau untuk makan.
Kebiasaan ini semakin populer dan dianggap menjadi bagian dari etika saat makan.
Sampai akhir tahun 1600-an, ketika ayah Benjamin Franklin masih muda, orang Amerika dan Eropa hampir selalu menggunakan jari mereka saat makan. Sendok bundar hanya digunakan untuk makan semur atau sup.
Setelah penggunaan alat makan semakin populer, sekitar tahun 1730, bentuk cekungan pada sendok dibuat sangat bulat hampir menyerupai setengah telur, sementara ujung pegangannya datar seperti spatula.