Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Nyamuk Wolbachia Berbahaya dan Terowongan RS Indonesia

KOMPAS.com - Tudingan Israel terhadap Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza membuat sejumlah warganet menyebar hoaks bertema itu di media sosial.

Sebuah video menampilkan ruang bawah tanah yang diklaim sebagai terowongan bawah tanah RS Indonesia. Padahal, lokasinya bukan di Gaza.

Sementara itu, hoaks politik semakin banyak ditemukan di media sosial. Ini termasuk konten dengan informasi keliru yang mencatut sejumlah politisi.

Simak rangkuman penelusuran fakta berikut untuk mengetahui mana fakta dan hoaks.

Terowongan di Inggris diklaim di Gaza

Tersiar video eksplorasi ruang bawah tanah yang diklaim merupakan RS Indonesia di Gaza.

Terowongan itu dikaitkan dengan tudingan juru bicara militer Israel, Daniel Hagari soal RS Indonesia yang memiliki hubungan dengan kelompok Hamas.

Hasil penelusuran Kompas.com menunjukkan terowongan dalam video bukan berlokasi di Gaza, melainkan ruang bawah tanah Guilford Shaft di Kastil Dover.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah membantah tudingan Israel soal terowongan bawah tanah RS Indonesia di Gaza yang dimanfaatkan oleh kelompok Hamas.

RS Indonesia dibangun untuk tujuan kemanusian dan melayani kebutuhan medis warga Palestina.

Hoaks Putin bongkar kasus korupsi Prabowo

Presiden Rusia Vladimir Putin diklaim telah membongkar kasus korupsi yang melibatkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Klaim itu beredar melalui sebuah video, yang judulnya tidak sesuai dengan isinya.

Hasil penelusuran Kompas.com menemukan bahwa narator membacakan artikel soal sistem anggaran militer Indonesia yang rumit.

Sementara klip yang dipakai juga tidak mendukung klaim pada judul.

Salah satu klip yang dipakai menampilkan komentar pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie soal perencanaan dan penggunaan anggaran alutsista yang digadang-gadang mencapai Rp 1.769 triliun.

Tidak ada pengungkapan kasus korupsi Menhan Prabowo yang diungkap oleh Putin.

PBB tidak wajibkan tanda pengenal digital

Beredar narasi yang mengeklaim Perserikatan Bangsa-Bangsa mewajibkan penggunaan tanda pengenal digital buatan Bill Gates.

Pengguna media sosial mengunggah tangkapan layar dokumen peluncuran program 50 in 5 dari Program Pembangunan PBB (UNDP) dan Bill and Melinda Gates Foundation.

Padahal dokumen itu diambil dari artikel di situs yang memiliki rekam jejak menyebar disinformasi.

Juru Bicara Program Pembangunan PBB (UNDP), membantah narasi soal kewajiban tanda pengenal digital.

Sementara itu, inisiatif 50 in 5 dibuat untuk meningkatkan sistem infrastruktur publik digital di 50 negara.

Fakta selengkapnya dapat dibaca di sini.

Hoaks salam Kaesang dan Gibran ditolak Megawati

Masyarakat dihebohkan dengan momen Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep memberikan salam kepada Ketum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri.

Bersamaan dengan Kaesang, calon wakil presiden (cawapres) dari Koalisi Indonesia Maju, Gibran Rakabuming Raka, turut membungkuk memberikan salam kepada Megawati.

Video momen tersebut dinarasikan secara keliru, dengan mengeklaim Megawati menolak salam dari dua anak Presiden Joko Widodo tersebut.

Kaesang menyampaikan klarifikasi, tidak ada penolakan dari Megawati.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto, yang duduk di belakang Megawati, mengonfirmasi bahwa Kaesang dan Megawati berbicara soal jabatan baru sebagai Ketum PSI.

Penelusuran selengkapnya dapat dibaca di sini.

Tidak ada balon udara kampanye Ganjar-Mahfud

Beredar konten menampilkan balon udara berisi kampanye Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di dekat Monas, Jakarta, pada Selasa (14/11/2023) malam.

Kompas.com menghubungi Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas Isa Sanuri untuk menanyakan kebenaran konten tersebut.

Faktanya, tidak ada balon udara berisi kampanye Ganjar-Mahfud pada Selasa (14/11/2023) malam dan Rabu (15/11/2023) malam.

Nyamuk wolbachia tidak berbahaya

Tersiar klaim yang menyebut nyamuk dengan teknologi wolbachia merupakan senjata pembunuh manusia.

Klaim diutarakan dalam konferensi pers yang menyerukan penghentian strategi pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk berteknologi wolbachia.

Pengunggah menyertakan potongan video Komjen Pol Dharma Pongrekun, yang mengaitkan teknologi wolbachia dengan digitalisasi dan pemasangan cip.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, membantah kaitan antara cip dengan nyamuk wolbachia.

Wolbachia merupakan bakteri simbiotik yang secara alami ada pada hampir 70 persen spesies serangga di dunia.

"Ini ada bakteri wolbachia, bakteri yang memang ada di alam dan tidak menyebabkan penyakit. Bakteri penghancur buah-buahan," kata Nadia, dikutip dari Kompas.com.

Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke tubuh manusia.

Penelitian telah membuktikan nyamuk wolbachia aman. Uji coba penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mampu menekan kasus demam berdarah sampai 77 persen.

 

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/11/20/161600182/cek-fakta-sepekan--hoaks-nyamuk-wolbachia-berbahaya-dan-terowongan-rs

Terkini Lainnya

[HOAKS] Temukan Kecurangan, FIFA Putuskan Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Temukan Kecurangan, FIFA Putuskan Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten AI, Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

[KLARIFIKASI] Konten AI, Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Raja Denmark Frederik X Kibarkan Bendera Palestina

[HOAKS] Raja Denmark Frederik X Kibarkan Bendera Palestina

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pembegalan di Kecamatan Cicalengka Bandung pada 7 Mei

[HOAKS] Pembegalan di Kecamatan Cicalengka Bandung pada 7 Mei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Serangan Serentak 5 Negara ke Israel

[HOAKS] Serangan Serentak 5 Negara ke Israel

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Konteks Keliru soal Pertemuan Jokowi dan Megawati pada 2016

[VIDEO] Konteks Keliru soal Pertemuan Jokowi dan Megawati pada 2016

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Ikan Raksasa Bernama Hoggie, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Ikan Raksasa Bernama Hoggie, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke